SEJARAH KAMPUNG

Terungkapnya Mitos bagi Semua Warga Kampung Candran

Oleh

pada

Untuk mengetahui lebih jauh tentang sejarah Kampung Candran, dari para orang tua dan simbah-simbah saya, tidak ada yang menceritakan tentang bagaimana Kampung Candran itu didirikan dan bagaimana perkembangan Kampung Candran ini. Dari saya kecil hidup di Kampung Candran sudah ada seperti saat ini.

Kampung Candran terbagi menjadi dua, ada yang ikut Padukuhan Widoro Kalurahan Bangunharjo dan ada yang ikut Padukuhan Garon Kalurahan Panggungharjo. Pembagian wilayah inipun saya tidak tahu persis, yang jelas sejak saya lahir ke bumi Candran, wilayah Kampung Candran sudah sedemikian adanya.

Setahu saya, dari penuturan cerita par orang tua dan simbah-simbha saya bahwa nama cikal bakal Kampung Candran adalah  Kyai Condro dan Nyai Condro. Bisa jadi,  mengambil dari nama cikal bakal inilah di  kemudian hari  setelah  rejane zaman kampung ini dinamakan Kampung Candran.

Dari rasa keprihatinan dan penasaran yang tinggi terkait mitos yang berkembang di Kampung Candran.  Secara diam-diam, saya mencari tentang kebenaran mitos tersebut dari simbah-simbah saya dahulu kala. Konon ceritanya bahwa danyange Kampung Candran adalah seorang perempuan, maka semua warga Kampung Candran tidak diperbolehkan sekolah tinggi-tinggi. Karena danyange perempuan bisanya hanya bertani dan berjualan di pasar. Konon ceritanya barang dagangan yang terkenal dijual dipasar oleh warga Kampung Candran adalah jenang gempol dan dawet.

Berangkat dari rumah setiap bakda sholat subuh. Makanya terkadang kalau ada pencuri datangnya jam-jam segitu, konon ceritanya danyange setiap bakda sholat subuh masih berada di pasar sehingga banyak rumah warga yang kosong ditinggal pergi penghuninya ke pasar.

Mitosnya lagi semua warga tidak boleh menjadi pegawai. Dan anehnya lagi setiap bakda sholat subuh setiap harinya pasti ada barang milik warga yang hilang, seperti beras, kendil, jarik dan lain sebagainya.

Atas dasar beberapa mitos yang berkembang liar di masyarakat tersebut dan dibarengi dengan rasa prihatin serta penasaran yang mengebu-gebu, saya secara pribadi berniat untuk melakukan tirakat untuk mencari jawaban terkait misteri atas beberapa mitos tersebut. Tirakat yang saya lakukan adalah dengan mengurangi makan  (laku ngeleh) dan mengurangi tidur (laku melek) setiap malam di area makam cikal bakal, Kyai  Condro dan Nyai Condro di bawah pohon preh (beringin) dan dengan laku ngeleh dan laku melek selama 40-100 hari.

Dalam keadaan kurang makan (laku ngeleh ) dan kurang tidur (laku melek) ada dua kejadian besar secara spiritual yang saya alami. Pertama, Kucing peliharaan simbah cakal bakal yang bernama Condro Mono berwarna hitam mulus suatu malam berjalan mengelilingi makam kemudian tiba-tiba masuk ke tubuh saya melalui ujung jari kaki saya dan hilang masuk ke tubuh saya,  dari malam hari  hingga dengan terdengar adzan subuh.

Kejadian kedua, secara spiritual pada sebuah makam tidak jauh dari makam cikal bakal berada. Batu nisan (kijing)nya meletus seperti bunyi bom yang kemudian mengeluarkan asap. Kemudian dari balik asap tersebut keluarlah  pusaka cundrik (keris kecil). Kemudian cundrik tersebut saya ambil dan saya larung di utara jembatan  Kali Winongo di Miri Pendowoharjo saat ini (dahulu belum ada jembatannya). Setelah saya larung (saya lempar) ke Sungai Winongo terdengar suara seperti bunyi letusan bom.

Konon makam yang batu nisannya meletus seperti bom itu adalah makam milik  putra Simbah Condro. Ternyata konon ceritanya, putra  Simbah Condro ini, seorang yang digdaya tetapi tidak bisa menjadi pegawai pada zaman dahulu kala. Dengan bekal kedigadayaan ini, ia ingin mengabdi kepada pemerintah. Tetapi karena sikapnya yang sombong, ibarat kata  pepatah: “adigang adigung, adiguna”  malah tidak dapat diterima menjadi pegawai  pemerintahan.

Sebagai akibat tidak diterimanya ia  menjadi pegawai, selanjunya ia marah besar. Dalam kemarahannya tersebut  ia bersumpah dan bersumbar  diri: “saya tidak bisa jadi abdi negara tidak apa-apa tapi saya akan menjadi musuh negara dengan menjadi pencuri.  Ternyata inilah sumber dari mitos yang berkembang liar di masyarakat Kampung Candran.

Setelah saya melarung pusaka cundrik dari makam milik putra  Simbah Condro,  akhirnya saya bisa membongkar misteri  dari sebuah  mitos yang berkembang liar di Kampung Candran. Akhirnya saya dapat diterima menjadi pegawai pertama  di wilayah Kampung Candran. Pada tahun 1980-an saya diterima menjadi pegawai Tata Usaha Sekolah Dasar Timbulharjo yang beralamat di  Jalan Parangtritis Tembi, Kalurahan Timbulharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.  Sejak saya diterima bekerja sebagai  pegawai pertama di Kampung Candran,  selanjutnya pada waktu Kampung Candran menjadi kampung yang aman, terkendali, dan tidak ada pencuri lagi. Sejak peristiwa nyata yang saya alami ini, kemudian menyusul banyak warga Kampung Candran yang menjadi anggota TNI.

Bagaimana sosok Nyai Condro, yang menurut warga Kampung Candran adalah danyang perempuan, pakaiannya adalah kebaya lurik lembut berwarna hitam. Artinya sangat kejawen masih nguri-uri Kebudayan Jawa.

Sebagai pelengkap cerita, pernah suatu waktu ada pencuri. Sebelum melancarkan aksinya diawali  dengan mengambil tanah dari bekas makam milik putra Simbah Condro. Tentu saja, pencuri tersebut berhasil membobol pintu dan masuk mencuri barang-barang milik salah satu warga. Ternyata pencuri tersebut menggunakan media tanah yang diambil dari bekas makam milik putra  Simbah Condro tersebut, yang selanjutnya dapat menyebabkan dua hal, yaitu ada rasa takut untuk keluar rumah dan ada rasa kantuk yang tidak tertahankan.

Saya hanya bisa membatin saja: “seandainya pusaka cundrik tidak saya larung dan jatuh kepada orang-orang yang jahat, maka bisa jadi cundrik tersebut bisa mempengaruhi orang yang menemukan cundrik tersebut untuk berbuat menjadi pencuri” (JNT).

Referensi:

Pairani, sesepuh tokoh masyarakat Kampung Candran Padukuhan Garon.

Tentang Junaedi

Penulis esai. Penulis Buku Cuitan Wong Ndeso. Bekerja sebagai staf PSID, yang membawahi PCL.

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X