Lansia

Story Mbah Mardi Utomo

pada

Mbah Mardi Utomo adalah seorang lansia dhuafa berusia 76 tahun. Beliau tinggal sebatangkara di rumah kecil yang kurang layak dan hanya beralaskan tanah di dusun Ngireng-ireng, Panggungharjo, Sewon, Bantul, D.I.Yogyakarta. Untuk menghidupi kehidupannya sehari-hari Mbah Mardi Utomo rela mengais barang bekas / rongsokan di sekitar kampus ISI hanya sekedar  untuk bisa makan. Dan selama pandemi beliau sudah tidak mencari barang rongsokan lagi karena pandemi dan kampus tutup. Alhamdulillah dari kelurahan beliau mendapat jatah makan lansia 1 kali setiap harinya. Namun itu saja tentu tidak cukup, sehingga dia hanya menunggu belas kasihan dari para tetangganya. Ada hal lain yang cukup memprihatinkan. Yaitu ketika beliau mau buang air besar harus pergi ke selokan karena di rumahnya tidak ada WC, itupun dilakukan kalau di selokan airnya  mengalir. Apabila air selokan tidak mengalir beliau pergi ke kamar mandi di musholla dekat rumahnya

“Pandemi saya diminta sama tetangga untuk tidak mencari barang bekas karena supaya tidak tertular virus covid-19, tapi setelah beberapa bulan saya merasa bosan di rumah dan masih diberikan kesehatan dan bisa mencari barang bekas, ya saya tetap mencari barang bekas untuk memenuhi kebutuhan saya supaya tidak merepotkan banyak orang” ujar mbah Mardi Utomo.

Tak ingin terpuruk dan patah semangat, akhirnya Mbah Mardi tetap berusaha untuk bertahan hidup dan tetap mencari barang bekas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap hari, pagi-pagi sekitar habis subuh Mbah Mardi sudah berangkat untuk mencari barang bekas dengan tertatih ia berjalan berkilo-kilo meter dari rumah demi mendapatkan barang bekas dan bisa segera menjualnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Selain itu Mbah Mardi juga memiliki riwayat sakit di bagian tangannya akibat kecelakaan dan mengalami patang tulang sampai akhirnya di operasi, dan sampai sekarang pen yang ada di tangannya belum diambil karena tidak ada biaya untuk melakukan operasi. Jadi kalau waktu beraktivitas mencari barang bekas yg sangat berat beliau merasa agak kesakitan karena dibagian tangannya tidak kuat untuk mengangkat barang-barang yang berat.

“Buat apa ngeluh, Kalau nggak keliling mencari barang bekas terus saya mau ngapain, dan lagi pula kalau nanti nggak mencari barang bekas siapa yang mau menganggung biaya hidup saya”, kata Mbah Mardi.

Dengan melihat kehidupan Mbah Mardi, kita jadi sadar bahwa tak semua lansia bisa hidup nyaman di usia senjanya. Ada yang masih harus berpeluh keringat, berjuang agar hari tuanya tak merepotkan siapa pun, terlebih mbah Mardi yang hidup serba kekurangan dan sebatangkara tidak mempunyai keluarga. (JML)

 

Tentang Eka Birawan

kadang kesendirian lebih berharga, ketimbang kebersamaan yang tidak independent

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X