Buku

Self Healing

Oleh

pada

Tema ketiga terkait kesehatan mental pada remaja adalah Self Healing. Kata Healing sering digunakan oleh netizen dalam dunia media sosial apapun. Baik bagi kaum millenial maupun bagi generasi X atau Y. Untuk mengetahui lebih jauh tentang tema Self Healing, berikut tulisan ketiga dari penulis lokal Panggungharjo, Shayra Alifyana Hafidz yang diterima Panggung Creative Library (PCL).

Melihat dunia yang serba cepat rasanya diri sendiri jadi terpacu buat ngikutin ritmenya. Orang kantoran yang sibuk nungguin abang-abang penjual ketoprak pinggir jalan karena mau masuk kantor lagi, anak sekolah yang berangkatnya terlambat karena lalu lintas padat, petugas retribusi pantai yang udah stand by meski masih jam 6 pagi, anak kuliah yang stress karena tugasnya banyak dan deadline mepet, …ya realita di masyarakat memang beragam.

Layaknya mesin, manusia bekerja di satu sektor-ke sektor lainnya tanpa lelah. Waktu bersama keluarga dipakai untuk menyelesaikan laporan dari atasan, waktu makan digunakan untuk meeting, giliran istirahat sebentar tuntutan masyarakat semakin tinggi. Pusing rasanya kalau tujuan hidup hanya untuk bekerja, kerja untuk hidup dan hidup untuk kerja. Saat pikiran sedang lelah-lelahnya ada aja bisikan untuk melakukan sesuatu yang nekat. Nah, sebelum berlanjut ada baiknya kamu self healing sebentar deh!

Tunggu, kayanya enggak asing sama kata healing? Kata-kata yang banyak dipakai atau istilahnya sedang in. Healing artinya tending to heal; therapeutic atau cenderung untuk menyembuhkan, bekerja layaknya terapi. Meski sering dikaitkan dengan penyembuhan dengan istilah psikologis kata healing juga bisa diartikan sebagai sesuatu yang kita lakukan yang menenangkan, menyembuhkan, merefresh kembali pikiran akibat suntuk seharian.

Self healing adalah the process of someone feeling better again after a painful emotional experience, especially by them taking care of themselves atau proses seseorang merasa lebih baik kembali setelah pengalaman emosional yang menyakitkan, terutama dengan cara merawat diri sendiri. Jadi saat kamu banyak masalah sedangkan tidak ada seseorang untukmu bercerita maka kamu bisa melakukan self healing sendiri sebagai wujud kepedulianmu pada diri sendiri.

Sebuah penelitian menyebutkan bahwa setiap orang sebenarnya mampu menyembuhkan diri sendiri dengan presentase keberhasilan mencapai 18-75 persen.

Jadi tidak ada salahnya untuk kamu beristirahat sejenak dari hiruk-pikuk dunia. Menikmati senja dengan secangkir es kelapa muda di pinggir pantai. Atau sekadar atau sekadar menengok kondisi di sekelilingmu, kepada mereka pejuang rupiah di jalan. Ada perasaan menenangkan, penuh syukur, refresh, kembali semangat, itu cukup untuk mengisi ulang bateraimu.

Self Healing, Self Love, Self Care, dan Self Reward

Meski sama-sama merawat jiwa ternyata ada perbedaan antara self healing, self care, self love dan self reward.

Self care memiliki arti kemampuan merawat diri sendiri dengan melakukan hal-hal yang bisa melindungi diri sendiri dengan tujuan mencapai kesehatan fisik, mental dan spiritual.
Hal ini biasanya berkaitan dengan masalah fisik sehingga penyembuhannya adalah dengan olahraga, makan makanan bergizi, minum air putih yang cukup dan sebagainya.

Self Reward. Banyak orang mengartikan self reward dengan berlebihan. Menormalisasi spend to much money untuk gengsi dengan label self reward. Padahal arti self reward adalah penghargaan kepada diri sendiri karena mencapai impian atau tujuan yang diinginkan.

Self love adalah cara untuk lebih mengenal diri, mengetahui batasan-batasan yang bisa diterima diri, kemudian fokus pada kelebihan yang dimiliki.

Maknanya memang sama-sama merawat yang pada intinya menjaga dan menyembuhkan namun ternyata berbeda penggunaannya. Nah yang sekarang ingin saya kupas adalah self healing jadi let’s move to the next session! 

K-Pop Merchandise dan Healing

Saya punya teman K-Popers. Dia punya banyak pc (photocard) yang jumlah per bijinya variatif mulai dari Rp200.000. Satu album foto isinya pc idolanya mulai dari girlgroup atau boygroup. Ditambah dia adalah multi fandom (seseorang yang menyukai/ngestan di lebih dari satu grup idola maka semakin banyak dan variatiflah koleksinya. Pertanyaan saya cuma satu untuk dia: “Kamu nggak sayang uang?”.

Logika saya, demi beli kertas yang ada fotonya saja harus repot-repot mengeluarkan uang berjuta-juta. Alasannya adalah pc-nya official, asli no kw kw club. Ya kenapa juga dia enggak nyetak sendiri logonya terus klaim ke diri sendiri bahwa itu asli? Begitu kira-kira isi kepala saya waktu itu. Jawabannya, “Aku kalau lagi capek sama tugas sekolah yang enggak habis-habis larinya ke sini,” ujarnya dengan nada pasrah.

Wah satu insight baru buat saya untuk enggak sembarangan mengomentari hobi orang. Ternyata ada juga orang-orang seperti teman saya—bahkan banyak deh—yang healing-nya seperti itu. Mengoleksi pc, beli album atau merchandise adalah cara mereka mengurai benang kusut di kepala. Mereka datang ke konser untuk dihibur, mereka membeli pc untuk menyenangkan diri sendiri.

Sama dengan mereka yang menggemari bola. Mungkin baginya bola adalah alternatif hiburan dikala penatnya kerja. Teriak-teriak di stadion, pake jersey klub favorit, bisa melihat pemain bole kesukaannya, dll., melakukannya pun tanpa perlu alasan capek karena capeknya di stadion dengan capeknya di kantor itu dua hal yang nggak bisa disamakan.

Begitu juga dengan mereka yang hobi mengoleksi action figure. Membeli model itu berbelas juta bahkan puluhan juta. Dipasang di etalase bening untuk dilihat di pemiliknya. Kesukaannya di situ, rasa refresh-nya karena itu. Dari hobi yang bisa dipakai untuk healing saya jadi sadar sesuatu. Ternyata menyenangkan diri sendiri semudah itu ya?

Drama Hometown Cha cha cha dan Self Healing

Rekomendasi untukmu drama tentang self healing bagi penggemar drama khususnya drama Korea. Hometown cha cha cha yang dibintangi Kim Seon Ho dan Shin Min A ini bercerita tentang kisah cinta seorang dokter gigi dari kota yang pindah ke desa, Yoon Hye Jin, (Shin Min A) dan kepala wilayah Hong Du Shik (biasa dipanggil Hong Banjang) yang diperankan Kim Seon Ho.

Keduanya memiliki karakter yang bertolak belakang. Yoon Hye Jin adalah seorang perfeksionis, pintar, dan pragmatis sedangkan Hong Du Shik adalah seorang pengangguran yang bekerja paruh waktu. Ia senang mengambil beberapa kerjaan sampingan dan menolong orang-orang di desa.

Du Shik adalah lulusan universitas ternama di kota namun ia memilih bekerja serabutan. Banyak yang menyayangkan hal tersebut namun rupanya Du Shik sedang  berjuang untuk berdamai dengan trauma masa lalunya. Ratingnya 9/10 dari saya, selain alurnya bagus dan unik, visualnya keren parah. Pemandangan desa tepi laut, kehidupan para nelayan dan masyarakat di sekitar pantai, benar-benar memanjakan mata.

Dari drama ini saya bisa belajar sesuatu, bahwa gemerlap perkotaan tidak selalu bisa menyihir penduduk yang ada di sana. Ada sisi ‘lain’ yang membuat mereka akhirnya pindah, mengorbankan gelar akademik, gaji yang bagus, prestise karena tinggal di flat (apartemen), dan itu semua karena mereka tidak nyaman melaluinya.

Mereka dituntut untuk cepat (ppalippali) dalam beraktivitas hingga mengorbankan kesehatan fisik dan mentalnya. Mulai dari berjalan dengan cepat, makan dengan cepat, belajar hal baru dengan cepat, beradaptasi dengan cepat, budaya khas masyarakat Korea Selatan.

Meski begitu budaya ini membawa dampak serius. Korea Selatan menempati posisi pertama kasus bunuh diri tertinggi di dunia.

Masyarakat Indonesia sendiri terkenal sebagai ‘orang santuy’ di mata pelancong. Mereka heran bahkan di rush hour masyarakat kita masih sempat-sempatnya sarapan dan ngobrol dulu dengan tetangga depan rumah. Prinsip kita adalah alonalon waton kelakon, pelan-pelan yang penting dijalani.

Tapi jangan salah, yang namanya pressure saya kira di negara manapun kita tinggal pasti akan selalu ketemu tergantung besar kecilnya aja.

Bagaimana Cara Melakukan Self Healing?

Me time

Kamu bisa quality time dengan diri sendiri misalnya nonton drama seharian, jalan-jalan, dan shopping. Meluangkan waktu untuk diri sendiri tanpa kehadiran orang lain, tanpa campur tangan mereka bermanfaat bagimu untuk menepi sejenak dari berinteraksi dengan orang-orang.

-Berkebun

Dilansir dari laman nationalnews.com paparan ke ruang hijau telah terbukti menyebabkan penurunan kadar hormon stres kortisol, yang mengontrol suasana hati, memori, dan kekebalan. Sejauh tahun 1983, peneliti desain perawatan kesehatan Roger Ulrich mengusulkan teori pengurangan stres, yang menunjukkan bahwa kita cenderung menemukan rangsangan alami yang tidak mengancam, dan bahwa paparan rangsangan ini memiliki efek langsung, memicu perasaan peningkatan kesejahteraan dan relaksasi.

-Cukup Makan

Penuhi asupan kalori harian. Pergilah ke tempat yang banyak makanan dan membuatmu senang. Untuk sementara batasi dulu makanan instan demi menjaga kesehatan badanmu yang akan disembuhkan (JNT). 

Narasumber:

Shayra Alifyana Hafidz, Ketua PIK-R Padukuhan Krapyak Kulon, Kalurahan Panggungharjo

Tentang Junaedi

Penulis esai. Penulis Buku Cuitan Wong Ndeso. Bekerja sebagai staf PSID, yang membawahi PCL.

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X