Siapa yang tak kenal dengan dr. Laras Alfienty. Semua relawan shelter tanggon Kapanewon Sewon tentu saja banyak yang mengenalnya. Dokter lulusan dari fakultas kedokteran umum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), saat ini bekerja di RSUD Nyi Ageng Serang Sentolo Kulon Progo dan juga di Puskesmas Sewon 1.
Berikut penuturannya. Sebagai tenaga medis dan warga Kalurahan Panggungharjo, yang beralamat di Padukuhan Pandes RT 03, saya merasa mempunyai tanggung jawab yang lebih dalam menjaga keselamatan jiwa dan raga dari serangan pandemi Covid-19 .
Puncaknya ketika melonjaknya varian delta yang penularannya tidak dapat dikendalikan lagi, akhirnya Pemerintah Kapanewon Sewon menginisiasi berdirinya shelter tangguh Kapanewon Sewon yang disingkat dengan nama shelter tanggon. Sejak bulan Juli 2021 saya sebagai dokter Puskesmas Sewon 1, bersama dr. Dian dari Puskesmas Sewon 2 ditugaskan menjadi penanggung jawab medis di shelter tanggon tersebut.
Namun karena kesibukannya, dr. Dina selaku penanggung jawab medis dari Puskesmas Sewon 2 jarang visit ke shelter tanggon, apalagi sampai jaga shelter pada suatu shift tertentu di pos shelter tanggon. Begitu juga terkait dengan respon dan keaktifan tiga kalurahan lainnya, yaitu Kalurahan Timbulharjo, Pendowoharjo dan Bangunharjo, di Kapanewon Sewon yang sangat rendah sekali membuat saya jadi merasa harus banyak terlibat dan berbuat banyak dalam misi kemanusiaan ini.
Pada awal-awal berdirinya shelter tanggon dikarenakan masih terbatasnya jumlah relawan shelter tanggon, maka pada waktu itu, shift jaga untuk tim medis shelter tanggon hanya dijaga oleh beberapa orang secara rolling, seperti Fendika (Gukuh Jaranan). Bimo (Kamituwo), Wahyudi (Lurah), Rosada (Dukuh Garon), Jamiluddin (PSID), dan Silvi (relawan mandiri).
Berawal dari serba keterbatasan semuanya, terkait pendanaan, fasilitas shelter baik fasilitas medis seperti ketersediaan oksigen, obat-obatan dan vitamin, dan non medis seperti bed (tempat tidur), ketersediaan logistik yang dibutuhkan semua pasien, dengan langkah tegap kami tetap melangkah demi misi kemanusiaan ini.
Sebagai penanggung jawab medis, sambil menjaga shelter saya juga memegang hotline Puskesmas Sewon 1. Setiap hari berusaha membalas semua laporan yang masuk ke hotline Puskesmas Sewon 1 dari semua warga di wilayah jangkauan Puskesmas Sewon 1 yaitu meliputi Timbulharjo dan Pendowoharjo. Sekaligus menidaklanjuti apabila ada laporan dari warga yang sifatnya emergency atau membutuhkan tindakan medis secara cepat, misalnya terkait laporan tanda-tanda vital penyintas Covid-19.
Disamping bertugas melakukan aktivitas visit ke shelter tanggon, saya juga bertugas melakukan aktivitas home visit ke rumah-rumah warga dua Kalurahan di bawah Puskesmas Sewon 1 yaitu Timbulharjo dan Pendowoharjo setelah adanya permintaan home visit berdasarkan laporan dari warga yang masuk ke hotline Puskesmas Sewon 1, yang terkadang ditemani oleh petugas dari Puskesmas Sewon, terkadang juga ditemani oleh relawan shelter yang sedang berjaga bertugas di shelter tanggon.
Di awal-awal berdirinya shelter tanggon, di saat belum banyaknya relawan shelter yang bergabung, menurut saya sesuatu bangeh deh manajemen shelter dalam serba keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh tim shelter tanggon, tetapi tim shelter ini mampu memberikan pelayanan yang luar biasa. Terutama peran dari Wahyudi Anggoro Hadi selaku lurah Panggungharjo yang banyak mewarnai keberhasilan pengelolaan manajemen shelter tanggon Kapanewon Sewon ini.
Wahyudi mampu menggerakkan semua stakeholder yang dimiliki oleh Kalurahan Panggungharjo untuk bersama-sama melakukan misi kemanusiaan tanpa pandang bulu, mulai dari keterlibatan pamong Kalurahan, warga kalurahan, yang tergabung dalam beberapa lembaga desa yang dimiliki seperti TP PKK, KTCA, YSID, PSID, BUMDes, FPRB, dan beberapa warga yang tidak tergabung dalam lembaga tertentu yang secara suka rela melakukan misi kemanusiaan tersebut.
Bahkan yang menurut saya pribadi, sebagai tenaga kesehatan (medis) apa yang dilakukan oleh Wahyudi anggoro Hadi wow banget, bayangkan saja ketika fasilitas shelter yang serba dalam keterbatasan, seperti kurangnya fasilitas kesehatan seperti persediaan oksigen, tetapi atas dasar kemanusiaan beberapa dia menyetujui (meng-acc) pasien yang jelek-jelek secara medis untuk di rawat di shelter tanggon, alasannya beberapa penyintas Covid-19 ditolak oleh beberapa RS rujukan Covid-19 karena kapasitas RS rujukan Covid-19 tersebut sudah penuh.
Perlu diketahui bahwa penyintas Covid-19 dapat diterima di shelter, untuk penyintas yang berasal dari wilayah Sewon 1 harus ada persetujuan dari dr. Endar, tetapi dalam kondisi tertentu dr. Endar pun memberikan persetujuan ketika Wahyudi menyetujuinya. Bahkan karena kepasifan dari Puskesmas Sewon 2, untuk wilayah Sewon 2 praktis yang memberi persetujuan langsung dari WahyudiAnggoro Hadi. Sehingga dengan langkah tersebut akhirnya banyak warga yang menjadi penyintas Covid-19 banyak yang ingin masuk ke shelter tanggon.
Dan bagi saya selaku penanggung jawab medis Kapanewon Sewon, keberadaan shelter tanggon tersebut sangat membantu sekali dalam penanganan pandemi Covid-19 di wilayah Kapanewon Sewon. Bahkan terkadang pihak Puskesmas Sewon 1 sering meminta bantuan ke shelter tanggon tersebut.
Pengalaman saya, sebagai penanggung jawab medis Kapanewon Sewon pernah melakukan home visit setelah adanya laporan dari warga sebut saja di Kampung Dadapan Timbulharjo , di Karanggede Pendowoharjo dan di Dusun Pendowo, yang ketiga-tiganya tidak bisa tertolong nyawanya atau meninggal dunia. Ketika saya home visit ke Kampung Dadapan Timbulharjo saya ditemani oleh Kevin, seorang relawan shelter dari KTCA Kalurahan Panggungharjo. Ketika saya home visit ke Karanggede Pendowoharjo saya ditemani oleh seorang relawan shelter dari FPRB Kalurahan Panggungharjo. Dan terakhir ketika home visit ke Dusun Pendowo di temani oleh Silvi.
Pengalaman lain yaitu ketika saya merujuk salah satu pasien ke RSU PKU Muhammadiyah Bantul, pada waktu itu saya menyetir sendiri ambulance milik Puskesmas Sewon 1 dan ditemani oleh dua orang relawan yaitu Fendika, Dukuh Jaranan Panggungharjo dan Silvi. Sesampainya di RSU PKU Muhammadiyah Bantul gerbang diportal karena memang kapasitas untuk pasien Covid telah penuh. Beruntung sebelum merujuk sudah melakukan koordinasi melaului whatsapp dengan dr. Umam Sp.A sehingga diizinkan masuk oleh petugas IGD meskipun pada akhirnya pasien tetap meninggal dunia setelah dirawat beberapa hari disana.
Terkait aktivitas saya ketika didirikan shelter tanggon, sebenarnya di samping menjadi tenaga kesehatan di Puskesmas Sewon 1, sebelumnya sejak tahun 2017 saya bekerja di RSU Kharisma Paramedika Wates Kulon Progo. Tetapi ketika saya diserahi dibukanya shelter tanggon dan saya diberikan tugas sebagai penanggung jawab medis maka saya memutuskan off sementara dari jaga IGD di RSU Kharisma Paramedika Wates Kulon Progo, agar saya bisa lebih fokus untuk mengalokasikan waktu saya ke shelter tanggon.
Saat ini aktivitas saya selain bekerja sebagai dokter di Puskesmas Sewon 1 saya sedang dalam masa transisi perpindahan yaitu resign dari RSU Kharisma Paramedika Wates dan RSU Queen Latifa Kulon Progo karena saya diterima di RSUD Nyi Ageng Serang. Jadi mohon maaf kemarin agak lama janjian untuk wawancara karena selama masa transisi harus jaga long shift (8 shift maraton) dan ini rekor dalam pengalaman pekerjaan saya, karena ada tanggung jawab di tiga instansi yaitu Puskesmas Sewon 1, RSU Queen Latifa Kulon Progo dan RSUD Nyi Ageng Serang Kabupaten Kulon Progo. Mulai bulan April 2022 karena oleh personalia di RSUD Nyi Ageng Serang hanya diizinkan bekerja di dua intansi saja, saya akan berhenti dari RS Queen Latifa Kulon Progo dan selanjutnya hanya bekerja di dua instansi saja yaitu Puskesmas Sewon 1 dan RSUD Nyi Serang Kabupaten Kulon Progo.
Untuk tracing kasus Covid yang masih belum banyak dipahami oleh masyarakat yaitu bahwasanya pasien yang kontak dengan pasien Covid (KE) harus menjalani entry test yaitu swab antigen, apabila hasilnya positif dinyatakan confirm, tapi apabila negatif masih harus tetap isolasi dan melakukan exit test dengan PCR, semua tes tersebut difasilitasi oleh puskesmas. Jadi meskipun swab pada entry test tersebut negatif masih harus tetap isolasi sampai dengan keluarnya hasil PCR. Namun banyak warga yang tidak paham jadi tetap melakukan aktivitas biasa, yang tidak sering setelah hasil PCRnya keluar tenyata positif, padahal selama beraktivitas tersebut telah terjadi kontak dengan banyak orang.
Alhamdulillah dalam gelombang 3 kali ini varian omicron meskipun cepat sekali menyebar namun jarang menyebabkan sesak nafas. Yang tampak jelas pada varian omicron ini yaitu nyeri telan, pilek, dan sakit kepala, berbeda dengan varian delta yang disertai anosmia (kehilangan indra penciuman), eugesia (kehilangan indra perasa) serta sesak nafas (JNT).
Referensi :
dr. Laras Alfienty (dokter di RSUD Nyi Ageng Serang dan Puskesmas Sewon 1)