Keagamaan

Ribuan Orang Saksikan Panggung Bertakbir #4

pada

Panggungharjo (Media Panggungharjo) – Lebih dari 500-an orang memadati kantong parkir timur Pasar Niten Baru pada Sabtu (10/8/2019) malam lalu. Tak hanya itu, bahkan ribuan orang juga tampak berderet memarkirkan sepeda motornya di timur ruas Jalan Bantul mulai sepanjang pertigaan Jalan Padmo Kapuk hingga pertigaan Pasar Niten Baru.

Nampaknya orang yang berderet tersebut menunggu-nunggu kehadiran dari para kontingen peserta Panggung Bertakbir #4, sebuah event akbar yang diselenggarakan untuk memeriahkan syi’ar Islam di malam takbir Idul Adha. Event yang digelar tahunan ini masih menggunakan rute yang sama dengan tahun lalu. Yaitu, start dimulai dari Jalan Padmo Kapuk melalui Jalan Bantul ke arah selatan hingga sampai pertigaan Pasar Niten Baru menuju ke arah timur hingga sampai pertigaan yang selanjutnya menuju ke arah selatan hingga sampai di titik finish yang berada di parkiran timur komplek Pasar Niten Baru.

Dalam penyelenggaraannya pada tahun ini, Panggung Bertakbir #4 dikomando oleh Pengurus Ranting Muhammadiyah Sewon Utara yang bersinergi dengan Pengurus Ranting Cabang NU Panggungharjo, Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Panggungharjo, Dewan Masjid Indonesia (DMI) Panggungharjo, Forum Anak Sanggar Anak Desa Panggungharjo (FA SADEPA), Pengelola Sistem Informasi Desa Panggungharjo (PSID) Panggungharjo, Silaturahmi Jalinan TPA dan Ustadz Ustadzah (SAJADAH) Panggungharjo, Yayasan Kodama, Pengelola Desa Budaya “Bumi Panggung” dan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Panggungharjo. Selain didukung penuh oleh Pemerintah Desa Panggungharjo, event ini juga melibatkan langsung Rumah Zakat dan Java & CO sebagai pendukung acara.

“Untuk pengamanan event ini sendiri kami melibatkan RAPI Sewon, Banser, Kokam, Paksi Katon, dan Linmas Desa Panggungharjo.” ungkap Nanang Kurniawan selaku ketua panitia.

Nanang juga menjelaskan bahwa dalam persiapannya event tersebut sebenarnya sangatlah “mepet”. Persiapan sendiri diawali dari pembentukan panitia pada tanggal 6 Juli 2019 hingga pelaksanaan yang diselenggarakan pada tanggal 10 Agustus 2019. Yang artinya dalam jangka waktu 34 hari panitia harus mempersiapkan segala sesuatunya baik dari konsep acara hingga teknis pelaksanaannya.

“Tapi Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar, asal niat kita baik Insya Allah kita pasti akan diberi kemudahan.” ucap Nanang.

Masih menurut Nanang, ia mengungkapkan bahwa di tahun ini rupanya ada sedikit yang berbeda dari pelaksanaan yang sudah diselenggarakan pada sebelum-sebelumnya. Perbedaan tersebut nampak pada adanya penentuan tema display yaitu “Syukuri Nikmat Kemerdekaan, Jalin Ukhuwah Bangsa”. Dalam hal ini, Nanang lebih menekankan kepada ke-Indonesiaan, kebhinekaan serta menjaga toleransi dalam keberagaman. Peserta diminta bebas menafsirkan tema tersebut sebagai bahan display masing-masing.

Menurut Hosni Bimo Wicaksono selaku Kasi Pelayanan Desa Panggungharjo, selain penentuan tema juga terdapat beberapa pembeda dari penyelenggaraan sebelumnya diantaranya yaitu konsep kejuaraan yang sebelumnya diberi kategori-kategori namun di tahun ini hanya ada 3 juara umum dan 3 juara harapan.

“Tahun ini konsep kejuaraannya berubah, kita mencoba untuk memberikan pengertian kepada masyarakat bahwa dalam lomba terdapat kalah dan menang, yang artinya kita perlu bersikap sportif dalam perlombaan, kalah ojo umuk menang ojo ngamuk. Ini kan hanya perlombaan, yang penting itu adalah silaturahim.” tutur Bimo.

“Semoga para peserta yang belum mendapat juara bisa legowo dan tetap semangat untuk terus berkarya terutama menghadapi event ini lagi setahun ke depan. Apalagi juri juga kita ambil orang-orang dari luar wilayah Desa Panggungharjo sehingga kemungkinan memihak sangatlah kecil.” jelas Bimo.

Diterangkan oleh Bimo bahwa juri perlombaan kali ini yaitu adalah Amir Hamzah, S.Sn., M.A. dan Budi Hartono, S.Sn., M.Sn. yang keduanya merupakan dosen ISI Yogyakarta serta Awaluddin GD Mualif dari Lesbumi PWNU Yogyakarta.

Adapun peserta yang mengikuti event Panggung Bertakbir #4 ini yaitu sebanyak 12 kontingen yang terdiri dari Masjid Asy Syakirin Geneng, Masjid Al Musthofa Sorowajan – Glugo, Masjid Al Mu’min Janganan – Glugo, Masjid Kamaluddin Krapyak Wetan, Musholla Arrahman Rusunawa Glugo, Remaja Kidul Nggedhong Krapyak Kulon, Jama’ah Masjid se-Jaranan, Musholla Al Hidayah Tegalsari – Geneng, Masjid An Najwa Kweni, Masjid Al Hikmah Sawit, Masjid Baitussalam Saraban – Ngireng Ireng, serta Muda Mudi Pandes.

Arih Mustikawati selaku sekretaris panitia mengungkapkan bahwa dalam penyelenggaraan tahun inipun banyak pembenahan-pembenahan yang dilakukan seperti aturan pelaksanaan kegiatan dan adanya timer yang dipajang di panggung.

“Alhamdulillah tahun ini sudah ada timernya yang langsung bisa dilihat oleh peserta maupun penonton, jadi waktu 8 menit display itu kita pampang di depan agar semua orang tahu waktu displaynya habis atau belum.” terang Arih.

“Dan juga hasil penilaian juri ditampilkan langsung juga lho melalui proyektor, rekap penilaian kita foto terus dikirimkan ke operator untuk ditampilkan dalam layar. Jadi tidak ada alasan apabila panitia mengada-ada terkait skor penilaian. Selain itu hasil juga kita kirimkan ke grup WA para peserta.” lanjut Arih.

Adapun hasil akhir dari perlombaan tersebut yang berakhir pada pukul 22.30 WIB yaitu juara pertama diraih oleh Masjid Al Musthofa Sorowajan – Glugo dengan total skor 1.392, sedangkan juara kedua diraih oleh Remaja Kidul Nggedhong Krapyak Kulon dengan skor 1.284, adapun juara ketiga diraih oleh Masjid An Najwa Kweni  dengan total nilai 1.252.

Untuk juara harapan pertama diraih oleh Masjid Al Mu’min Janganan – Glugo dengan skor 1.246, juara harapan kedua sendiri diraih oleh Masjid Kamaluddin Krapyak Wetan dengan nilai 1.231, dan juara harapan ketiga diraih oleh Masjid Asy Syakirin Geneng dengan nilai 1.222.

“Tahun ini seluruh peserta penampilannya bagus-bagus, penontonnya juga membludak bahkan penyelenggaraannya terkonsep betul. Pokoknya cuma bisa berdecak kagum deh. Semoga tahun depan kami bisa bergabung jadi peserta.” ungkap Novita Sri Untari, salah satu penonton dari Pedukuhan Dongkelan yang hadir di malam itu. (BGX)

Tentang Fajar Budi Aji

Hanya seorang yang beranjak tua dan terus mencoba untuk lebih dewasa tanpa menghilangkan rasa kekanak-kanakannya. "Urip Iku Urup" dan "Rasah Wedi Dirasani Karena Hidup Banyak Rasa" Dua motto andalan inilah yang dijadikan pegangan dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X