Seni Budaya

Representasi Sosok Seorang Ibu

Oleh

pada

Basis tata nilai tertinggi adalah agama dan budaya. Agama cenderung maskulin, sedangkan budaya lebih kepada feminim. Kebudayaan direpresentasikan oleh sosok seorang ibu. Kebudayaan sebagai basis nilai yang mengatur antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam yang direpresentasikan oleh sosok seorang ibu. Dalam hubungan manusia dengan Tuhannya direpresentasikan dimulai dari rahim. Rahim sebagai pembeda antara wanita dan pria.

Di dalam rahim sosok seorang ibu  merupakan sekolah pertama bagi semua anak. Dalam hubungan manusia dengan manusia direpresentasikan oleh unggah-unggah, tata krama dalam bahasa ibu. Dalam hubungan manusia dengan alam direpresentasikan dengan tanah, air dan udara. Tanah, air dan udara menyatu dalam tanaman. Tanaman yang paling dekat dengan kita adalah tanaman pangan. Tanaman pangan yang paling dekat dengan kita dapat ditanam  di sekitar pekarangan kita.

Konsep untuk memanfaatkan lahan pekarangan melahirkan konsep karangkitri. Konsep karangkitri, memanfaatkan lahan pekarangan adalah budaya ibu. Budaya bapak ada di sawah,”demikian penuturan  Wahyudi Anggoro Hadi mengawali obrolan dalam Jagongan Selapan Keempat di Balai Budaya Karangkitri Kalurahan Panggungharjo, Sabtu kemarin (23/04/  2022).

Sementara menurut pendapat Sylvy Dewajani, bahwa Gusti Allah memberikan kekuatan yang luar biasa kepada wanita ketika pertama kali menjadi seorang ibu. Bagaimana harus menjalani, memiliki seorang anak. Bagaimana harus mengajari berbagai rasa kepada anaknya ketika masih berada di dalam rahimnya. Mampukah mencetak seorang anak yang memiliki karakter, kepribadian yang baik pada seribu hari kelahiran anaknya. Baik atau tidaknya karakter seorang anak sangat ditentukan pada masa seribu hari sejak kelahiran anak.

Gusti Allah memberikan struktur otak wanita tiga kali lebih besar, lebih lebar daripada struktur otak pria. Hal ini yang membuat seorang wanita menjadi multitasking, dapat mengerjakan beberpa pekerjaan dalam waktu yang sama. Berdeda dengan seorang pria  yang hanya fokus mengerjakan satu pekerjaan dalam suatu waktu. Hal ini juga yang mengakibatkan wanita gonta ganti pekerjaan menjadi lebih mudah.

Berbeda lagi apa yang diungkapkan oleh Titik Istiyawatun Khasanah, yang berpendapat bahwa secara riil wanita memiliki dua sisi yang melekat pada diri seorang wanita yaitu sisi kodrati dan sisi nonkodrati (gender). Terkait sisi kodrati, seperti mengandung dan melahirkan. Di dalam rahim ibu, merupakan sekolah pertama bagi semua anak. Seorang ibu harus bisa menjadi guru yang baik bagi anak-anaknya, jika menginginkan anak-anaknya memilik karakter, kepribadian yang baik.

Terkait sisi nonkodrati (gender) erat kaitannya dengan peran, sifat dan relasi. Hal ini tidak serta merta dilekatkan pada beban kuktural yang dilekatkan pada diri seorang wanita sebagai seorang yang lemah dan sebagainya. Idealnya antara sisi kodrati dan gender haruslah seimbang.

Sementara dari perspektif peserta ada beberapa tanggapan dan pertanyaan, saat ini dari beberapa konten media sosial banyak yang menunjukkan pergeseran kedudukan antar pria dan wanita, yang menunjukkan bahwa posisi wanita lebih dominan daripada pria. Bahkan ada asumsi yang terbangun bahwa wanita itu jahat. Belum lagi tayangan sinetron di beberapa stasiun TV yang secara vulgar memperlihatkan sikap dan karakter seorang istri membentak suaminya. Dan lain sebagainya.

Demikian gamblangnya bagaimana konsep keluarga dan perempuan Jawa: representasi peran wanita dalam ranah domestik dan publik dari masa ke masa, yang disampaikan oleh ketiga pemantik Jagongan Selapanan Keempat. Nantikan Jagongan Selapanan Kelima dengan tema yang tentunya lebih menarik lagi. Salam Literasi. Salam Budaya. Lestari Budayaku.

Tentang Junaedi

Penulis esai. Penulis Buku Cuitan Wong Ndeso. Bekerja sebagai staf PSID, yang membawahi PCL.

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X