Keagamaan

Puasa Sunah Syawal Selama Enam Hari

Oleh

pada

Baru sekejap mata saja, kita semua umat Islam di seluruh dunia, tak terkecuali muslim dan muslimat di wilayah Kalurahan Panggungharjo. Telah meninggalkan bulan penuh rahmah, bulan penuh maghfirah dan bulan penuh berkah. Tak terhitung nilai ibadah yang kita jalankan di bulan suci Ramadhan karena semua pahalanya  dilipatgandakan oleh Allah SWT. Dan tujuan semua amal ibadah di bulan suci Ramadhan  adalah untuk  membentuk pribadi muslim dan muslimat menjadi pribadi yang bertakwa kepada Allah SWT.

Saat ini kita semua  sudah berada di bulan Syawal. Di mana semua warga masyarakat muslim dan muslimat di kalurahan Panggungharjo  dihadapkan pada kenyataan kehidupan yang normal lagi, seperti biasa lagi, nilai ibadah yang kita lakukan di bulan Syawal dan selanjutnya pahalanya akan bernilai normal seperti sedia kala. Tiada pelipatgandaan pahala lagi seperti di bulan suci Ramadhan kemarin. Di bulan Syawal ini, keimanan dan ketakwaan semua muslim dan muslimat di Kalurahan Panggungharjo akan memasuki babak baru lagi. Kemudian pertanyaan yang muncul adalah apakah amal ibadah kita semakin meningkat atau malah semakin menurun?

Bulan Syawal adalah bulan peningkatan amal ibadah. Dimulai dari amal ibadah silahturahmi. Saling bermaaf-maafkan antara  warga masyarakat yang satu dengan warga masyarakat yang lainnya. Saling berbagi sedekah dari warga masyarakat yang kaya kepada warga masyarakat yang fakir, miskin, anak yatim, para janda, anak terlantar dan warga lansia yang terlantar. Dan ada satu amalan ibadah sunah lagi, yang sayang kalau kita tidak manfaatkan sebaik-baiknya yaitu Puasa Syawal. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang berarti: “barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian dilanjutkan lagi dengan puasa di bulan Syawal selama enam hari maka pahalanya seperti puasa setahun”.

Adapun menurut Imam Syafi’i puasa Syawwal ini disunnahkan mulai tanggal 2- 7 Syawal. Tetapi ada beberapa pendapat ulama boleh dilakukan di sembarang tanggal dan hari selama masih berada di dalam bulan Syawwal, boleh berturut-turut boleh juga secara acak. Di beberapa kota di Jawa Tengah, seperti di Pekalongan Jawa Tengah, yang masih berpegang pada pendapat Imam Syafi’i sehingga pada tanggal 8 Syawal bagi warga Pekalongan yang selesai menjalankan puasa Syawal, merayakan kemenangan lagi dengan menyebutnya sebagai “Bodho Syawal”.

Saling berkunjung (ziarah) baik kepada orang tua, saudara kandung, kerabat dekat dan handai tolan yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia. Ziarah ke rumah-rumah orang tua, saudara kandung, kerabat dekat dan handai tolan yang masih hidup dilakukan dengan tujuan untuk mempererat tali silaturahim diantara kita. Sebagaimana anjuran Nabi Muhammad SAW yang artinya: “barangsiapa ingin diberi rizqi yang melimpah dan dipanjangkan umurnya, maka hendaknya mempererat tali silaturahim.” Kemudian dilanjutkan dengan saling bermaaf-maafkah satu sama lain. Ziarah kubur ke makam orang tua dan saudara kandung yang sudah meninggal dunia, bertujuan untuk mengingat mati (dzikrul maut) dan sebagai bentuk bakti kepada orang tua (birrul walidain).

Saling berbagi rizqi antara warga masyarakat yang kaya kepada warga masyarakat yang fakir, miskin, anak yatim, anak terlantar, para janda dan lansia terlantar. Merupakan amal ibadah sosial yang sudah dimulai ketika bulan Ramadhan kemudian diteruskan pada bulan Syawal. Tujuannya agar warga mayarakat yang fakir, miskin, anak yatim, anak terlantar, para janda dan lansia terlantar dapat merasakan kebahagiaan bersama-sama dengan para dermawan (aghniya). Allah lebih menyukai amal ibadah sosial ini yang bisa membuat warga masyarakat yang fakir, miskin, anak yatim, anak terlantar, para janda dan lansia terlantar ikut berbahagia bersama, daripada ibadah mahdhoh yang sudah ditetapkan kefardhuannya dan bersifat individu.

Dengan kelonggaran protokol kesehatan oleh Pemerintah Pusat pada tahun 2022 M/1443H kali ini, memungkinkan umat Islam di seluruh Indonesia untuk melaksanakan hal-hal sunah tersebut diatas, seperti berkunjung (ziarah), silaturahmi dan bermaaf-maafan, berbagi rizqi bersama, dan puasa sunah Syawal selama enam hari semakin nyata untuk diwujudkan pada tahun ini. Mumpung masih dibulan Syawal, monggo manfaatkanlah kesempatan yang baik ini untuk meningkatkan amal ibadah kita, salah satunya adalah puasa sunah Syawal selama enam hari boleh dilakukan secara berturut-turut atau acak disesuaikan dengan situasi dan kondisi panjenengan saat ini. Bisa dimulai dengan puasa senin kamis dahulu atau monggo bagaimana nyamannya penjenengan saja (JNT).

 

Tentang Junaedi

Penulis esai. Penulis Buku Cuitan Wong Ndeso. Bekerja sebagai staf PSID, yang membawahi PCL.

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X