Seni Budaya

Motif Batik Panggung Krapyak Bamuskal Panggungharjo

pada

Panggungharjo Media, Jum’at 06 Agustus 2021, dalam kegiatan Musyawarah Kalurahan Penyusunan RKPKal 2022, Bamuskal Panggungharjo memperkenalkan seragam batik baru yang diberi nama “Motif Batik Panggung Krapyak”.

Cagar Budaya Panggung Krapyak yang berada di ujung utara Kalurahan Panggungharjo, adalah salah satu elemen dari Sumbu Filosofi Keraton Yogyakarta. Panggung Krapyak yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono I (1755 – 1792) adalah sebagai tempat berburu kijang (menjangan), sehingga ada yang menyebutnya sebagai Kandang Menjangan atau Gedong Panggung.

Bamuskal (Badan Musyawarah Kalurahan) Panggungharjo atau secara nasional disebut dengan BPD (Badan Permusyawaratan Desa) berinisiatif untuk mengabadikan Cagar Budaya Panggung Krapyak ini menjadi sebuah motif batik, yang diharapkan bisa menjadi salah satu ciri khas dan kekayaan budaya di Kalurahan (Desa) Panggungharjo.

Setelah dibahas dalam Musyawarah Bamuskal, maka kemudian disepakati untuk bekerjasama sama dengan Mbak Awit Diani warga Padukuhan Sawit untuk mengerjakan Motif Batik Panggung Krapyak ini. Awit Radiani adalah peraih Asean Youth Enterpreneur Award, wirausaha muda mandiri, wirausaha muda teladan, wirausaha wanita Femina-BNI, pernah aktif di Desa Budaya Bumi Panggung dan mengelola Unit Bumdes Panggung Lestari Batik Kampoeng Mataraman, aktif menulis cerpen di media massa lokal & nasional, Penulis Buku Seni Perca, dll.

Dimulai dengan membuat sketsa, menuangkan sejarah dan filosofinya dalam sebuah motif batik.
Ada 2 gambar utama dalam Motif Batik Panggung Krapyak ini, yaitu :
1. Motif Panggung Krapyak, dengan gambar utama Bangunan Cagar Budaya Panggung Krapyak dan diapit oleh 2 kijang kencana (menjangan), sebagai interpretasi/gambaran ide dari Panggung Krapyak sebagai tempat berburu kijang menjangan.
2. Motif daun dan bunga KEPEL. Motif ini sebagai interpretasi/gambaran makna filosofi pada bergabungnya 3 kalurahan awal (Krapyak, Prancak, Cabean), yang pada tanggal 24 Desember 1946 membentuk Desa Panggungharjo. Kepel diartikan sebagai : “kempeling ati lan saliro 3 kalurahan kang manunggal nyawiji ing desa panggungharjo”. Peristiwa ini selalu dinarasikan dan diperagakan pada setiap Upacara Peringatan Hari Jadi Kalurahan Panggungharjo. Buah Kepel yg buahnya menempel secara bergerombol di sepanjang batang pohon, menggambarkan sifat kekompakan dan kegotongroyongan warga. Buahnya yg aromanya harum, konon dahulu digunakan oleh putri2 Kraton Yogyakarta sebagai natural aromatic yang menghilangkan bau badan.

Warna Dasar Batik Panggung Krapyak ini adalah warna merah, yang melambangkan berani dan semangat. Diharapkan bahwa Bamuskal Panggungharjo selalu berani dan bersemangat dalam menjalankan fungsi dan tugas-tugasnya sebagai bagian dari Pemerintahan Kalurahan Panggungharjo dalam bidang Regulasi, Aspirasi, dan Pengawasan.

Semoga dengan Motif Batik Panggung Krapyak dari Bamuskal Panggungharjo ini, sebagai bentuk partisipasi aktif dari Bamuskal Panggungharjo dalam mengembangkan budaya seni batik di Kalurahan Panggungharjo.

Ditulis oleh : Agus Subagya
Bamuskal Panggungharjo
Keterwakilan Wilayah Padukuhan Glugo.

Tentang Eka Birawan

kadang kesendirian lebih berharga, ketimbang kebersamaan yang tidak independent

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X