Buku

Mimpi Menjadi Kepala Madrasah yang Visioner

Oleh

pada

Pagi menjelang siang, di Masjid Agung Manunggal   seusai pengajian rutin yang diadakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul. Tiba-tiba datang menghampiriku seraya menyapa Kasubag TU Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bantul, yaitu Bapak Edi Gunawan.

Assalamu’alaikum, Bu Ening.”

Wa’alaikumussalam Pak Edi,“ jawabku. “

“Besuk Rabu ke kantor ya, ada undangan untuk ibu.”

“Njih pak,“ sahutku.”

Hari Rabu, hari yang saya tunggu-tunggu, akhirnya saya menetapi undangan Kasubag TU dengan sowan menuju ke ruangannya. Ternyata ketika akan sampai ke  ruangannya, di situ  sudah ada seorang guru juga dari Madrasah Ibtidaiyah,  Namanya Bu Uswatun Khasanah. Selanjutnya Pak Edi menjelaskan maksud dan tujuan undangan ketika bertemu di Masjid Manunggal Bantul kala itu.

Setelah menjelaskan panjang kali lebar kali tentang pengangkatan Kepala Madrasah ternyata kami berdua akan dilantik menjadi Kepala Madrasah. Bu Uswatun Khasanah menjadi Kepala di Madrasah Ibtidaiyah, sementara saya sebagai Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri. Sungguh tak menyangka, tepatnya pada hari Jumat, 4 April  2008, perjalanan karir saya  menjadi Kepala Madrasah mulai terukir, di Aula Kantor Departemen Agama Kabupaten Bantul  telah dipersiapkan upacara pelantikan Kepala Madrasah untuk jenjang Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah.

“Dengan berdasarkan  Keputusan Menteri Agama RI Nomor KW.12.1/2/169/2008 tanggal 5 Maret 2008 telah diangkat dalam Jabatan Guru Pembina yang diberi tugas tambahan sebagai Kepala MTSN Sumberagung Kabupaten Bantul dan telah dilantik oleh Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Bantul pada tanggal 4 April 2008” dan seterusnya… saya ingat “ini adalah  cuplikan Surat Pernyataan Pelantikan” ketika pada saat pelantikan itu diucapkan dengan sangat jelas oleh bapak Drs. Bukhori Muslim, M.Pd.I., selaku Kepala Kantor. Upacara pelantikan itu sangat khidmad, dihadiri oleh Kepala Kantor, Kasubag TU beberapa pegawai kantor, Kasi Dikmad, Perwakilan Kelompok Kerja Madrasah (K3M) dan keluarga yang dilantik. Tak lupa suamiku mendampingi dengan setia dari awal hingga berakhirnya prosesi pelantikan. Kehadirannya menjadi penguat untuk melangkah dalam mengemban amanah yang baru bagiku, melangkah mengukir  pengalaman baru, akan menjadi sosok panutan di sebuah satuan kerja yang baru, yang jelas sebuah tantagan baru bagiku telah siap dihadapan saya.

Sehabis pelantikan, sore harinya saya menyempatkan diri terlebih dahulu “kula nuwun”, bismillahirrahmanirrahim, ta’aruf awal dengan memperkenalkan diri dengan keluarga MTsN Sumberagung, menjumpai teman-teman guru dan pengelola madrasah. Dengan serius tapi santai, terselip canda bisa berbagi pengalaman selama 14 (empat belas) tahun  saya jalani menjadi seorang guru, banyak  hal  yang menarik yang kita perbincangkan seputar pendidikan, bermacam kendala dan kesuksesan saat itu. Namun karena masih ada sesuatu yang harus saya selesaikan dengan sekolah tempat saya mengajar sebelumnya, selanjutnya   saya minta waktu beberapa hari untuk menyelesaiakan tugas- tugas saya tersebut.

Pada hari yang telah ditentukan, teman-teman saya beserta Kepala Sekolah SMPN 2 Bantul Bapak Kamidi, S.Pd. mengantarkan saya ke Madrasah, “wah, kok seperti manten” batinku, diantar dengan rombongan dengan tata cara “masrahke”, Inilah tradisi dunia pendidikan di Bantul manakala ada seorang guru yang sudah dilantik menjadi kepala sekolah atau kepala Madrasah akan melaksakanan tugas di tempat yang baru selanjutnya akan  diantarkan sampai tujuan.

Hari pertama kali menjadi Kepala Madrasah, setiap pagi saya mulai dari ruangan saya mengontrol lingkungan madrasah, lanjut dari kelas ke kelas, memantau kesiapan guru yang akan mengajar di kelas, setelah kondisi kelas sudah kondusif,  selanjutnya saya langkahkan kaki saya menuju ke mushalla dekat kantin, sebuah ruangan  yang diguakan untuk kegiatan keagamaan  untuk shalat dhuha sebentar.  Hal ini rutin saya lakukan tiap hari. Kemudian mengkondisikan diri dengan lingkungan madrasah, satu persatu saya identifikasi, mulai dari mengenal karakteristik guru-guru yang nanti akan menjadi parter kerja, kepala TU dan tenaga kependidikan sampai pada outsourcing di madrasah.

Dalam satu tahun berjalan menjadi Kepala Madrasah (yang biasa disingkat Kamad), sudah  terasa adanya berubahan, Walaupun perubahan yang saya  rasakan  belumlah cukup.  Saya punya mimpi perubahan itu seharusnya bersinergi dengan perubahan seluruh Stakeholders di satuan pendidikan. Namun demikian  apa yang saya  harapkan belum sesuai  harapan institusi pendidikan  yang ideal. Hal ini harus saya bangun demi pertanggungjawaban saya kepada Sang Khalik dan kepada institusi pendidikan itu sendiri. Satu per satu saya  bangun sebuah jalinan kepercayaan yang harmonis dalam komunikasi kerja sebagai mitra yang baik,  akan tetapi yang saya  rasakan  masih ada  beberapa faktor  kendala   baik internal maupun ekstrnal yang saya hadapi.

Faktor internal yang dihadapi madrasah adalah pemenuhan guru yang belum linier, masih terdapat beberapa guru honorer yang diangkat oleh Kamad terdahulu, sehingga menjadi beban madrasah. Belum lagi masalah dengan Kompetensi para guru yang belum pernah mendapatkan diklat kompetensi guru. Sehingga dalam mengajar masih secara konvensional. Kompleksnya administrasi guru, kompleksitas internal sering menjadi bahan permikiran yang sangat penting hal ini sangat serius untuk mencari solusi yang tepat.  Sedangkan permasalahan eksternal yang dihadapi di madrasah ialah terbatasnya kemitraan dengan pihak luar atau pihak ketiga untuk membangun sarana dan prasarana madrasah belum adanya MOU / kerjasama untuk pihak ketiga.   Apapun alasannya, secara menyeluruh saya memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya dan rasa salut dan bangga  kepada para guru  yang sudah dengan sangat baik menjalankan tugas sebagai amanah yang diembannya.

Dimulai dari Penerimaan Siswa Baru (PPDB), betapa beratnya ketika mencari murid kala itu  tahun 2008, 2 (dua) tahun setelah gempa bumi melanda  Kabupaten Bantul. Dimana letak geografis MTsN Sumber Agung terletak di sebuah dusun kecil Banaran Jetis, berdekatan dengan SMPN 1 Jetis, bahwa animo masyarakat cenderung orang tuanya menyekolahkan anaknya di sekolah umum negeri. Lantas bersama tim mencari solusi dengan mengadakan kerjasama dengan Madrasah yang terdekat, akhirnya kuota peserta didik terpenuhi.

Menjadi Kamad harus mampu mengembangkan Visi, Misi dan Tujuan Madrasah. Tugas pokok dan fungsi harus dijalankan dengaan baik penuh dedikasi tinggi, sabar, ikhlas dan profesional.

Pertama, Kamad  sebagai edukator bertugas melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien, Dalam hal ini Kamad juga mampu melaksanakan  pembelajaran di kelas,  mengajarkan ilmu pengetahuan kepada para murid, dalam hal intelektual, sehingga mengetahui tentang  materi suatu disiplin ilmu, mendidik para murid, untuk mengubah tingkah laku murid menjadi lebih baik, melatih para murid, agar mempunyai ketrampilan dan kecakapan dasar, membimbing dan mengarahkan murid agar bila terjadi kebingungan dan keraguan dalam proses belajar,  dapat membimbing dan mengarahkan agar tetap pada jalur yang tepat, sesuai dengan tujuan pendidikan, Mampu memberikan dorongan kepada murid agar berusaha keras untuk lebih maju, 

Kedua, Kamad sebagai manager mempunyai tugas antara lain, menyusun perencanaan, mengorganisasikan kegiatan, mengkoordinasikan kegiatan, melakukan pengawsaan, melaksanakan evaluasi kegiatan, menentukan kebijaksanaan, mengadakan rapat dan mengambil keputusan, mengatur administrasi ketata usahaan, mengatur Keuangan/RAPBM,

Ketiga, Kamad sebagai administrator bertugas sebagai penyelenggara administrasi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkroordinasian ketenagaan kantor, keuangan, perpustakaan, laboratorium, ruang ketrampilan/kesenian, Bimbingan Konseling, UKS, media, gudang dan 10 K.

Keempat, Kamad sebagai Supervisor, bertugas menyelenggarakan supervisi tentang proses belajar mengajar, Kegiatan Bimbingan Konseling, Kegiatan ekstrakurikuler, Ketata usahaan, Kegiatan kerjasama dengan masyarakat dan instansi terkait, Sarana  dan prasaran, Kegiatan OSIS dan 10 K.

Kelima, Kamad sebagai pemimpin/leader: dapat dipercaya jujur dan bertanggungjawab, memahami kondisi guru dan siswa, memiliki visi dan memahami misi madrasah, mengambl keputusan internal dan eksternal madrasah, membuat, mencari dan memilih gagasan baru madrasah.

Keenam, Kamad sebagai inovator: melakukan pembaharuan dibidang KBM, BK, dan ekstrakurikuler, melakukan pembahruan dalam menggali sumberdaya di komite dan masyarakat.

Ketujuh, Kamad sebagai motivator: mengatur ruang kantor yang kondusif untuk bekerja, mengatur ruang  kantor  yang kondusif untuk KBM dan BK, mengatur ruang laboratorium yang kondusif untuk praktikum, mengatur ruang perpustakaan yang kondusif untuk belajar, mengatur halaman lingkungan madrasah yang sejuk dan teratur, menciptakan hubungan kerja yang harmonis sesama guru dan karyawan, menciptakan hubungan kerja yang harmonis antar madrasah dan lingkungan, Menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman, dalam melaksanakan tugasnya, Kepala madrasah dalm hal ini dapat  mendelegasikan kepada Wakil kepala.

Pada tahun kedua kepemimpinan saya, hal yang sudah tampak adalah betambahnya siswa dari tahun sebelumnya, pada tahun pertama  hanya mempunyai 9 rombel,  kini telah menerima 12 rombel. Prestasi siswa tiap pekan semakin bertambah, ini ditengarai saat upacara bendera tiap hari senin, baik kejuaraan tingkat kabupaten sampai tingkat propinsi telah ditorehkan oleh siswa-siswi madrasah.

Sebagai solusi pemenuhan strategi pembelajaran para guru dalam mengajar, maka madrasaah menyediakan sebuah tower jaringan internet, agar para guru dan tenaga kependidikan dapat mengakses internet dengan baik, sistem pembelajaran yang sangat konvensional tadi, dengan cepat bisa teratasi dengan memaksimalkan penggunaan jaringan internet dalam kelas. Kerjasama dengan pihak ketiga dan komite, kita galakkan, rancangan pembangunan masjid dan sarana lab IPA serta Ruang AVA dimatangkan. Pengiriman guru untuk mengikuti diklat kompetensi guru ditingkatkan. Dengan DIPA untuk pengembangan diri dilaksanakan secara inten, agar guru mampu memberikan inovasi dalam pembelajaran.

Dengan bergulirnya waktu, guru dituntut untuk menguasai teknologi informatika, di era disrupsi 4.0, dan setiap peserta didik harus mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan siap secara integrative. Pengetahuan yang dimiliki tidak hanya sekedar  pada level lower order thinkin skill (LOTS), namun juga harus higher order thinking ( HOTS). Karena tantangan yang dihadapi semakin kompleks, maka mereka harus mampu  memahami, menerapkan, menganalisa, membuat sintesa dan mengevaluasi setiap persoalan yang ada.

Mereka perlu dibiasakan memahami setiap persoalan secara komprehensif bukan linear. Tetapi mereka perlu dibiasakan melihat persoalan secara interdisipliner, multidisipliner, bahkan transdisipliner. Sebab setiap masalah memerlukaan lebih dari dari satu disiplin keilmuan atau perspektif. Mereka harus mampu melakukan dan menghubungkan kerangka berpikir satu dengan kerangka pikir yang lain. Kerangka berpikir ini semakin penting untuk mengingat banyak persoalan yang terjadi tanpa diduga sebelumnya. Oleh karena itu, mereka perlu dibekali sejumlah ketrampilan kognitif dan metakognitif, seperti critical thinking, creative thinking, learning how to learn, ketrampilan sosial dan emosional seperti empati dan kolaborasi  serta digital lliteracy.

Inilah sekelumit kisah perjalanan hidup menjadi seorang yang dituakan di sebuah satuan pendidikan. Sayu selalu berharap, dalam kepemimpinan saya yang hanya diberi kesempatan selama tiga tahun enam bulan, waktu yang sangat singkat ini, telah mampu menghadapi suka dan duka dalam megembangkan sebuah institusi pendidikan.  Berkat kerjasama yang harmonis, dan kompak maka banyak keberhasilan yang kita dapat.

Tulisan ini kupersembahkan kepada seluruh stakeholders MTSN Sumberagung, sebagai “kado istimewa” yang mana telah membantuku dengan segenap jiwa dan raga untuk menjadi yang terdepan, menjadikan sebuah madrasah hebat yang bermarabat untuk Indonesia. Ini adalah salah satu mimpi saya untuk menjadi Kepala Madrasah yang visioner. Madrasah itu hebat dan bermartabat.

Sumber:

Nurlaela dkk, 2020, “Berkarya Bersama Guru dan Murid”, halaman 248, Bogor, Azkiya Publishing.

 

Tentang Junaedi

Penulis esai. Penulis Buku Cuitan Wong Ndeso. Bekerja sebagai staf PSID, yang membawahi PCL.

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X