Badan Usaha

Langkah Cepat Desa Jawara BUMDesa

pada

Suasana pelataran Balai Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, tak ubahnya pasar kerajinan, puluhan pedagang aneka rupa produk menggelar dagangannya di sini. Pembelinya? Rombongan tamu dari luar daerah yang hilir mudik berdatangan ke desa ini, sebulan mencapai 600-1000 orang. Apa yang mereka lakukan di Panggungharjo?

Bantul (Berdesa.com) – Mereka adalah rombongan studi banding yang belajar dari cerita sukses Panggungharjo dalam mengelola desa. Inilah Juara Pertama Lomba Desa Nasional 2014 mengalahkan 74 ribu desa lebih se-Indonesia. Sederet prestasi inovatif membuat desa ini layak disebut jawara lomba desa. Panggungharjo adalah desa yang sudah berlari cepat membangun BUMDesa-nya bahkan sebelum isu BUMDesa mencuat saat ini. Desa ini juga sudah mencetak rupa-rupa kesuksesan ketika desa lain bahkan masih ragu untuk memulai.

Dari sisi kesehatan Panggungharjo memiliki layanan Ambulan Desa, gratis periksa dan biaya kelahiran bagi ibu hamil, perawatan di rumah bagi golongan lansia dibiayai BUMDesa dan sekolah berbiaya sampah. Panggungharjo memang unggul dalam mengelola sampah, bermodal 37 juta rupiah, desa ini membukukan keuntungan lebih dari 300 juta rupiah dari pengelolaan sampah. Urusan sampah ini juga mampu membuka banyak lapangan kerja bagi warga.

Dari sisi pemerintahan Panggungharjo adalah desa yang menjalankan sepenuhnya clean government dan tidak ada aroma korupsi di sini. Memiliki Koran Desa dan beragam aktivitas lain membuat desa ini ramai kunjungan perangkat pemerintahan daerah lain. Saat ini Panggungharjo menyiapkan beberapa gebrakan dengan skala yang besar bagi ukuran desa.

Di Sulawesi Selatan tersebutlah Desa Padang Balua, sebuah desa berpenduduk 1300-an orang dengan area yang sebagian besar hamparan rumput. Desa berhawa dingin ini menyabet Juara II, satu tingkat di bawah Panggungharjo. Gerangan apa yang membuat desa terpencil ini menjadi jawara? Padang Balua adalah desa yang memiliki stok pangan berlipat-lipat banyaknya dibanding kebutuhan mereka alias surplus.

Desa ini menghasilkan panen 930 ton hasil pertanian padahal desa ini hanya dihuni 300 KK. Hampir setiap KK di desa ini memiliki lumbung pangan yang menjamin para penghuni rumah tidak akan mungkin kelaparan. Melimpahnya hasil pertanian ini berkat tradisi bernama Mukobu, semacam rembug desa untuk mengelola pertanian. Hasilnya, menjadi juara II nasional.

Peternakan adalah kehebatan lain Padang Balua. Di desa mereka terdapat area peternakan yang berisi 805 ekor kerbau, 365 ekor sapi, 175 ekor kuda dan hewan ternak lain. Peternakan ini diatur oleh Peraturan Desa (Perdes) nomor 6 tahun 2008. Hamparan rumput yang luas di desa mereka membuat ternak juga menikmati hidup makmur di desa ini.

Meski terpencil, Balua adalah desa yang makmur dan menawan. Kini desa ini memiliki bandara rintisan yang membuat warga bisa lebih cepat bepergian ke daerah lain. Maklum, jalan darat ke lokasi ini masih jauh dari memadai.

Di NTT beberapa desa memiliki ide yang unik tapi hebat dalam menggunakan dana desa. Sadar mereka memiliki masalah dengan kualitas SDM, desa-desa memutuskan mendorong pendidikan anak-anak muda di desa mereka dengan berinvestasi melaui lembaga bimbingan belajar. Ide ini lahir karena selama ini anak-anak yang ingin melanjutkan kuliah harus pergi ke Pulau Jawa untuk mendapatkan peningkatan prestasi melalui lembaga bimbingan belajar. Daripada mengeluarkan banyak uang untuk ke Jawa, mereka memilih membangun sendiri lembaga itu.

Langkah desa mendorong masalah pendidikan sungguh layak diacungi jempol. Ini menandakan kesadaran yang tinggi dari warga desa mengenai pentingnya pendidikan. Soalnya, selama ini sebagian besar pemerintahan desa masih menganggap pembangunan fisik desanya sebagai definisi pembangunan desa. Jika beberapa desa sudah mampu melakukan langkah hebat seperti ini, apa yang ditunggu desa-desa lainnya? (aryadji)

Sumber : Artikel tahun 2016 berdesa.wordpress.com

Tentang Fajar Budi Aji

Hanya seorang yang beranjak tua dan terus mencoba untuk lebih dewasa tanpa menghilangkan rasa kekanak-kanakannya. "Urip Iku Urup" dan "Rasah Wedi Dirasani Karena Hidup Banyak Rasa" Dua motto andalan inilah yang dijadikan pegangan dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X