Event

Jagongan Selapanan, Keris: Do’a dalam Pusaka.

Oleh

pada

Jagongan Selapanan, Keris : Do’a dalam Pusaka. Demikian judul atau tema Jagongan Selapanan kali ini. Menurut Drs. Anusapati, M.F.A.-seorang akademisi yang juga pecinta tosan aji, malam Selasa kemarin, 26 Agustus 2024 pada acara Jagongan Selapanan-bahwa dalam budaya Jawa Keris memiliki beberapa pengetahuan.  Keris merupakan produk budaya, sebuah karya seni. Keris juga merupakan warisan budaya dunia tak benda yang sudah diakui oleh UNESCO. Di sisi lain keris juga digunakan pada zaman dahulu sebagai alat dalam peperangan alias alat untuk membunuh musuh. Tetapi menurut Pak Ninus-begitu panggilan akrab pemantik pertama Jagongan Selapanan malam Selasa kemarin-bahwa terdapat aspek-aspek lain yang dimiliki oleh sebilah keris yang didasari pada konsep keindahan (estetika). Prinsip -prinsip estetika keris yang sangat luar biasa ini telah diwariskan oleh nenek moyang atau leluhur kita. Dalam pengetahuan dasar tentang keris sebagai ageman terdapat 2 macam, yaitu:

  1. Warangka ladrang (Solo) atau branggah (Yogyakarta) yang digunakan dalam acara-acara resmi atau formal.
  2. Warangka gayaman yang digunakan dalam acara-acara yang tidak resmi. Terdapat perbedaan antara gayaman Solo dan Yogyakarta.

Sedangkan menurut Tukirno B. Sutejo-seorang Empu tosan aji dan sekaligus budayawan-mengatakan bahwa keris dalam pandangan isoteri primer, lebih senang menggunakan pendekatan fisik, lebih pada makna pembuatan. Pada masa penjajahan dahulu, memahami sebuah Keris banyak mengalami mis-pengetahuan. Karena keris dimafaatkan oleh kaum Kolonialis Belanda sebagai salah strategi dalam  mengalahkan perlawanan dari kerajaan yang ada di Indonesia. Masih Menurut Pak Kirno-panggilan akrabnya yang dalam Jagongan Selapanan malam Selasa itu bertindak sebagai pemantik kedua-menambahkan bahwa keris tidak bisa lepas dari asal muasal atau sangkan paraning dhumadi. Dalam istilah budaya Jawa, dalam pembuatan sebilah Keris ada istilah bapak angkasa dan ibu bumi. Juga ada istilah lingga dan yoni. Adapun bagian-bagian detail dari Keris terdiri dari 27 ricikan. Salah satu bagian dari detail keris adalah pamor dan dhapur. Pamor adalah sebuah bentuk ilustrasi atau gambar yang muncul dipermukaan bilah keris yang merupakan hasil evolusi-progresif dari Empu dan para pande besi. Sedangkan dhapur adalah nama bentuk keris. Nama ini diberikan sesuai dengan ciri-ciri bentuk yang ada pada sebuah bilas keris. Keris yang banyak dibabar berbentuk lurus dan lengkok (luk dalam bahasa Jawa).

Dalam acara Jagongan Selapanan special event Selasa malam ini adalah sebuah gagasan Keris Kiai Sawit dengan Pamor Udan Mas dan Dhapur Tilam Sari. Gagasan ini merupakan sebuah doa dan harapan seluruh warga Sawit. Pamor Udan Mas mengandung maksud sebuah doa dan harapan supaya semua warga Sawit diberikan rejeki yang berkah dan kesejahteraan warga yang melimpah, seperti diibaratkan dengan hujan mas. Sementara Dhapur Tilam Sari mengandung maksud sebuah doa supaya semua warga Sawit diberikan ketentraman lahir dan batin, kenyamanan hidup berdampingan dengan tetangga terdekat dari empat penjuru mata angin dan pancernya kepala keluarga masing-masing, seperti diibaratkan denga tilam sari. Masih   menurut Kirno, bahwa isoteri yang sekunder terkait pada teknologi metalurgi. Bahwa material Keris dari bermacam-macam besi. Sangkan paraning dhumadi juga meliputi kidung kematian, supaya semua warga eling kepada kedua orang tua yang telah melahirkannya, juga eling terhadap Gusti Allah yang telah menciptakannya serta eling kepada tetangga dekatnya, sesuai dengan namanya tangga berasal dari kata nggotong dan nyangga.

Dalam perkembangan keris pada zaman dahulu terpelihara melalui tradisi lisan. Sedangkan tradisi tulisan tentang keris hanya terjadi pada elite kerajaan (bangsawan/keraton) saja. Sehingga pengetahuan keris banyak dikuasai oleh orang-orang Eropa.Bagaimana cara memelihara keris. Budaya keris telah diakui sebagai warisan budaya dunia tak benda. Secara fisik dengan  memelihara artefak yang terdapat dalam keris dari kerusakan, dari karatan. Energi pada sebilah keris secara logika masuk akal. Secara fisik dari materialnya dan metalurgi ya masuk akal.

Jamasi, marangi dan sesaji dalam konsep memelihara keris sebagai pusaka dalam konsep awal sarana mengingat kembali sangkan paraning dhumadi. Jamasi dan marangi merupakan kerja nyata warga dalam rangka memelihara keris agar terpelihara dari pamor dan dhapur keris dari unsur-unsur estetika keris itu sendiri. Sementara sesaji merupakan sarana supaya warga eling kepada kedua orang tua yang telah melahirkan kita. Pesan yang terkandung dalam setiap pembuatan sebilah keris sebagai benda pusaka merupakan wujud warga dalam setiap langkah eling sangkan paraning dhumadi.Dalam pemesanan sebuah bilah keris harus disinergikan dengan asal muasal atau sangkan paraning dhumadi si pemesan sesuai dengan neptu si pemesan dalam budaya orang Jawa pada umumnya, agar ada sinkronisasi antara ruang waktu bagi orang Jawa (JND).

Tentang Junaedi

Penulis esai. Penulis Buku Cuitan Wong Ndeso. Bekerja sebagai staf PSID, yang membawahi PCL.

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X