Sosial

IZI Yogyakarta Bantu Kembangkan Pengrajin Mainan Tradisional

pada

Pandes (IZI Yogyakarta) – (17/5), Permainan tradisional anak merupakan salah satu sarana permainan sekaligus edukasi anak yang cukup penting. Sebut saja kitiran, manukan, dan othok-othok yang menjadi ikon atau lambang asinya permainan  anak-anak di masa lampau. Sayangnya, keberadaan permainan tradisional kini makin terpinggirkan dengan adanya mainan-mainan modern yang canggih. Hal tersebut  menjadi sebuah keresahan warga Desa Pandes, Panggungharjo, Sewon, Bantul. Sehingga banyak diantara warga Pandes utamanya kaum lansia masih berupaya untuk melestarikan permainan jawa (tradisional) tersebut.
Kamis (10/5) LAZNAS Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) Perwakilan D.I Yogyakarta blusukan ke Kampung Desa Pandes, Panggungharjo, Sewon, Bantul yang juga dikenal sebagai kampung  dolanan (dalam istilah jawa).
Di tengah ketatnya persaingan industri mainan, umumnya para pengrajin yang didominasi lansia tersebut hidup di bawah standar kelayakan. Disana, IZI melakukan observasi kondisi sosial ekonomi masyarakat pengrajin mainan tradisional.
Selain itu, IZI berupaya untukk turut mengulurkan kepedulian dan dukungan guna mempertahankan kelestarian mainan tradisional yang menjadi ciri khas budaya masyarakat lokal.
IZI D.I Yogyakarta melakukan perjalanan dan pengamatan sepanjang Desa Pandes. Disana, IZI berbincang-bincang dengan para pengrajin mainan tradisional. Dari beberapa orang dijumpai, IZI akhirnya memberikan bantuan kepada 2 orang mustahik yang tergolong dalam asnaf yang layak untuk dibantu.
Bantuan pertama diberikan kepada Mbah Kati (68 th), seorang pejual mainan tradisional keliling. Pekerjaan sehari-hari berjualan mainan keliling dengan mengayuh sepeda. Mbah Kati biasanya berangkat berjualan pukul 08.00 sampai dengan waktu dzuhur. Akan tetapi jika turun hujan, Mbah Kati tidak keliling untuk berjualan. Pendapatan Mbah Kati berkisar antara Rp 15.000- Rp. 20.000,-/ hari. Akan tetapi ketika sepi, seringkali tidak berpenghasilan sama sekali.
“Zaman sekarang susah untuk menjual mainan tradisional, sudah tidak seperti dulu lagi. Pendapatan sehari kalau ramai kira-kira 15 sampai 20 ribu, bahkanseringkali saya tidak mendapatkan pembeli satupun.  Kalau hujan saya tidak berjualan. Sehingga pada saat musim hujan saya terpaksa memakai uang jatah modal untuk makan”. Ungkap Mbah Kati.
Selain itu, IZI turut memberikan bantuan modal kepada Mbah Joyo (83 th), warga asli Pandes Panggungharjo Sewon Bantul. Pekerjaan beliau sehari-hari adalah membuat mainan tradisional berbahan dasar bambu. Dimana bambu tersebut harus dibelinya dari para pemilik bambu. Pendapatan Mbah Joyo tidak menentu, tergantung dari  banyak atau sedikitnya kerajian yang dibeli oleh para penjual mainan tradisional.
 “Sebelum mainan modern menjamur  seperti sekarang,  setiap 2 atau 3 hari sekali selalu ada pedagang yang kulakan (membeli) mainan tradisional yang saya buat. Sekali beli berjumlah 10 biji. Namun sekarang sudah jarang sekali ada yang beli, bahkan tidak ada. Pendapatan saya tidak menentu, padahal saya harus membeli bambu yang saya pakai untuk membuat kerajinan.” Tutur Mbah Kati.
Di era seperti ini, kita hendaknya memberikan apresiasi kepada para manusia yang memiliki ketangguhan. Ditengah keterbatasan tidak lantas menyurutkan semangat untuk terus bertahan. Mereka memilih untuk melanjutkan usaha meski berat. Usia senja tidak membuat mereka menyerah dan meminta-minta belas kasih dari orang lain. (TANTRI & ANI)

Tentang Fajar Budi Aji

Hanya seorang yang beranjak tua dan terus mencoba untuk lebih dewasa tanpa menghilangkan rasa kekanak-kanakannya. "Urip Iku Urup" dan "Rasah Wedi Dirasani Karena Hidup Banyak Rasa" Dua motto andalan inilah yang dijadikan pegangan dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X