Kebencanaan

Inspirasi Menjadi Insan yang Lebih Bermanfaat

Oleh

pada

Nama saya Melina Andriyani.  Saat ini, saya berdomisili di Padukuhan Garon Rt 02 Kalurahan Panggungharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten  Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagai seorang dokter hewan, sekaligus aktivis Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) salah satu badan otonom NU di Kapanewon Sewon. Pada waktu itu Pemerintah Kalurahan Panggungharjo sedang membuka lowongan bagi relawan shelter tanggon, awalnya  saya merasa  masih belum  terpanggil sebagai warga bangsa dan warga desa untuk menunaikan misi kemanusiaan untuk melindungi jiwa dan raga semua warga Kalurahan Panggungharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,  dari keganasan  serangan pandemi Covid-19  gelombang kedua yang terkenal dengan jenis virusnya yaitu varian Delta.

Awal mula Kapanewon Sewon membuka shelter tanggon di Eks-SMK N 2 Sewon, yang terletak tidak jauh dari tempat di mana saya berdomisili. Saya merasa belum tepat waktunya untuk bergabung karena basic pendidikan saya bukan di bidang medis yang dibutuhkan oleh shelter tanggon. Meski menurut disiplin ilmu medis, pendidikan saya memiliki histori yang hampir serumpun sama-sama dalam bidang  medis, namun bidang saya lebih ke medik veteriner. Jadi shelter berjalan saya masih sibuk dengan aktivitas saya pribadi, sebagai dokter hewan.

Seiring berjalannya waktu, shelter tanggon Kapanewon semakin kewalahan sebagai akibat tingginya lonjakan pandemi Covid-19 di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, maka shelter tanggon kembali  membuka tambahan tenaga untuk relawan Covid-19, hingga akhirnya pada waktu itu  Dukuh Garon, yang bertindak sebagai koordinator tim  non medis, meminta bantuan kepada saya untuk bisa ikut bergabung menjadi relawan shelter tanggon Kapanewon Sewon.

Hingga melalui pemikiran yang begitu panjang dan sudah saya gelar gulung terkait problema penanganan pandemi Covid-19, dan bahwa ini adalah urusan ibadah kepada Allah SWT, sebagaimana yang telah diajarkan oleh agama Islam yang saya anut dan demi untuk misi kemanusiaan demi menolong jiwa dan raga warga bangsa dan warga desa , walaupun penuh dengan  resiko yang begitu besarnya. Tetapi di sisi lain untuk menolong sesama warga desa tak bisa saya abaikan begitu saja. Hingga akhirnya  pada tanggal 23  Juli 2021 tepatnya, saya memutuskan untuk turut bergabung menjadi relawan Covid-19 di Shelter Tanggon Kapanewon Sewon tanpa ada paksaan dan pamrih apapun juga. Semata-mata lillahi ta’ala.

Ada beberapa pembagian waktu untuk berjaga di shelter, mengingat saya masih ada kerjaan lain pada waktu pagi hari sampai sore hari . Maka saya selalu mengambil waktu sore sampai malam hari untuk berjaga di shelter tanggon Kapanewon Sewon. Kecuali hari Sabtu dan Minggu terkadang saya ambil waktu siang sampai sore hari.

Dari pertama menjadi rewalan Covid-19  sampai hitungan minggu sudah bergabung. Ada hikmah dari Covid-19 yang bisa kita pelajari bersama. Bukan lagi masalah waktu bersama keluarga, namun kondisi sakit dan membaiknya kita dipicu oleh suasana hati dan pikiran.

Seperti kita selalu berprasangka buruk, maka bagian dari diri kitalah yang sebenarnya sakit terutama hati. Ada satu cerita ketika saya berjaga sore hari , ada laporan untuk home visit ( merupakan salah satu pelayanan yg ada di shelter tanggon). “Kita ada untuk masyarakat”. Saya lupa daerah mana ketika home visit. Namun menjadi pengalaman pertama saya memakai pakaian APD dari sehabis maghrib sampai hampir pukul 02.00 WIB  dini hari. Suasana panas dan pengap seraya berbasah-basah ria dengan keringat yang membasahi sekujur tubuh saya, seakan tidak nyaman sekali dalam kondisi tubuh terbungkus pakaian APD sesuai protokol kesehatan yang ditentukan oleh pemerintah.

Ada beberpa pelajaran paling berharga yang dapat diambil saya ambil dari perjalanan beberapa jam tersebut yaitu:

Pertama, ketanggapan dari petugas sangat diperlukan untuk merespon semua masalah yang dihadapi oleh penyintas Covid-19. Kedua, kepedulian terhadap sesama manusia sangat perlu ditumbuhkan dengan dibekali ilmu dasar yang mencukupi untuk hal yang sangat dibutuhkan. Ketiga, terkait respon tetangga dalam hidup bertetangga dan bermasyarakat dalam mensikapi jika ada salah satu tetangga kita yang sakit dalam suasanan yang tidak menentu. Agar sebagai tetangga setidaknya bukan hanya  diam saja dan  tidak berani mendekat ketika tetangganya sedang sakit (bahkan itu belum pasti terkonfirmasi  Covid-19) namun ketakutan yang berlanjut akan membawa acuh dan ketidakpedulian terhadap sesama.

Tidak banyak yang bisa saya sampaikan dalam penggalan cerita menjadi relawan. Karena pengalaman adalah guru terbaik dan kisah orang lain menjadi inspirasi dan koreksi diri untuk menjadi insan yang lebih bermanfaat. Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW : “khairan naasi anfa’uhum lin naasi”,  yang artinya sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain (JNT).

Referensi :

Melina Andriyani (Dokter Hewan dan Aktivis Fatayat NU Kapanewon Sewon).

Tentang Junaedi

Penulis esai. Penulis Buku Cuitan Wong Ndeso. Bekerja sebagai staf PSID, yang membawahi PCL.

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X