Sosial

Cerita Seorang Perawat Lansia di Panggungharjo

Oleh

pada

Saya menjadi saksi kisah hidup dari seorang lurah (kepala desa) yang menangis ketika mendengar cerita dari warga desanya yang terjerat hutang bank pelecit (KSP dengan sistem bunga mencekik). Seraya menanyakan kepada para ketua RT di wilayahnya, apakah pernah terpikirkan oleh panjenengan semua terkait problematika hidup yang dihadapi oleh warga panjenengan, seperti warga yang terjerat bank pelecit, remaja yang mengalami kehamilan tidak diinginkan, dan lain sebagainya, dalam setiap forum rapat rutin RT, atau musyawarah dusun ketika merencanakan program kegiatan yang nantinya akan diusulkan dalam musyawarah perencanaan pembangunan kalurahan setiap tahunnya?
Dan tentu saja jawaban dari para ketua RT tidak pernah sama sekali memasukkan program-program sosial tersebut. Para ketua RT mayoritas hanya fokus pada pembangunan fisik saja, seperti cor jalan, bangket sungai, Pembangunan pos ronda, gedung pertemuan RT dan lain sebagainya. Oleh karena itu pada tahun 2017, adalah Pemerintah Kalurahan Panggungharjo membuat sebuah kebijakan dalam perencanaan pembangunan kalurahan tidak menerima usulan program infrastruktur (fisik).
Padahal sesuai dengan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, tertera bahwa “pengembangan sistem jaminan sosial bagi seluruh masyarakat dan pemberdayaan masyarakat yang lemah serta tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan merupakan tanggung jawab pemerintah. Sejalan dengan amanat UU Nomor 40 Tahun 2004 tersebut, maka pada tahun 2013 Pemerintah Kalurahan Panggungharjo mendirikan Badan Pelaksana Jaring Pengaman Sosial (Bapel JPS) yang mempunyai tugas pokok memberikan layanan sosial kepada masyarakat terutama bagi warga yang kurang mampu yang tidak tersentuh oleh fasilitas bantuan yang diprogramkan pemerintah.
Bapel JPS merupakan sebuah lembaga desa yang menjalankan program jaring pengaman sosial sebagai bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh warga masyarakat Kalurahan Panggungharjo agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak dengan menggunakan sumber pembiayaan dari Pemerintah Kalurahan Panggungharjo atau dari masyarakat, yang legalitasnya diatur dengan Surat Keputusan Lurah Desa Panggungharjo Nomor 07 Tahun 2013. Bapel JPS Kalurahan Panggungharjo mempunyai 3 bentuk layanan, terdiri dari: JPS Kesehatan, JPS Pendidikan, serta JPS Kesehatan Ibu dan Anak.
Untuk mengenal lebih dekat terkait JPS Kesehatan, baru-baru ini saya mewawancarai langsung perawat desa, Feny winarti, S.Kep. Feny Winarti adalah perawat desa yang dimiliki oleh Bapel JPS Kalurahan Panggungharjo. Feny Winarti adalah lulusan dari STIKES Surya Global Yogyakarta. Setelah lulus dari STIKES Surya Global, ia pernah bekerja di BSD Tangerang Selatan dengan konsentrasi di bidang Kesehatan Ibu dan Anak, selama 3 tahun dari tahun 2013-2016.
Selepas menikah dengan salah satu warga Padukuhan Cabeyan, Kalurahan Panggungharjo pada tahun 2016, maka ia pun memulai hidup baru dengan mengikuti suami tercinta. Dan menjadi warga masyarakat di wilayah Padukuhan Cabeyan RT 03. Pertama kali mengenal Bapel JPS, ketika ada informasi lowongan perawat desa dari keluarga, terutama dari almarhum Jumakir mertuanya, yang waktu itu menjabat sebagai Ketua RT 03 Padukuhan Cabeyan. Singkat cerita, ia memberanikan diri melamar sebagai perawat desa. Dan tidak butuh waktu yang lama, akhirnya ia diterima sebagai perawat desa pada bulan November atau Desember 2016.
Ketika ditanya mengapa tertarik menjadi perawat desa, jawabannya adalah karena ia tertarik pada hal baru yang belum pernah ia lakukan selama bekerja di BSD dahulu. Ia menginginkan hidup yang lebih bermanfaat dan berguna bagi masyarakat, serta ingin belajar dari perjalanan hidup para lansia di Panggungharjo dalam menjalani hidupnya. Pada tahun 2016, Bapel JPS memiliki 2 orang perawat desa yaitu Dian dari Krapyak Kulon RT 03 dan Feny Winarti. Tetapi satu perawat yang bernama Dian, memutuskan untuk resign dari Bapel JPS setelah menikah. Dan dari tahun 2016 hingga saat kini Bapel JPS memiliki hanya satu perawat desa yaitu Feny Winarti.
Faktanya selama ia menjadi perawat lansia banyak sekali pelajaran yang ia petik dan melalui tulisan pula cerita baik ini agar dapat menginspirasi warga desa Panggungharjo lainnya, dalam mengabdi untuk Kalurahan Panggungharjo. Dalam perjalanannya menjadi perawat lansia, pada awal-awal pengabdiannya, ia hanya melakukan pemeriksaan biasa pada lansia. Seiring berjalannya waktu, ia ingin memberikan layanan lebih lanjut, seperti pemberian vitamin. Dan masih menurut penuturannya, Bapel JPS tidak memiliki alat kesehatan yang memadai dalam setiap menjalankan tugas layanan kepada para lansia. Akhirnya ia memberanikan diri untuk mengusulkan RAB Bapel JPS kepada Hosni BImo Wicaksono, selaku Kamituwo Kalurahan Panggungharjo.
Ketika ada pasien lansia yang membutuhkan penanganan lebih lanjut, ia bekerja sama dengan Bu Syamsih, dari Puskesmas Sewon 2. Oleh Bu Syamsih pasien didaftarkan untuk jadwalkan visit homecare oleh dokter Puskesmas Sewon 2. Kemudian progres kesehatan pasien dari dokter Puskesmas Sewon 2 tersebut juga dilaporkan ke Feny, selaku perawat desa. Dalam menjalankan tugasnya sebagai perawat desa, ia berkolaborasi dengan tokoh setempat seperti Ketua RT, Dukuh, Kader Kesehatan Pedukuhan (Yandu Lansia), relawan FPRB Panggungharjo, Pamong Kalurahan khususnya terhadap pasien lansia yang tidak memiliki keluarga dengan kunjungan ke pasien secara bergilir.
Pada awal-awal menjadi perawat desa, menurutnya terdapat sekitar 40-an nama lansia dengan kriteria dari keluarga ekonomi rendah, jarang menjalani pemeriksaan ke Posyandu Lansia Padukuhan, yang menjadi sasaran utama Bapel JPS Kesehatan. Adapun jenis penyakit pasien lansia tersebut kebanyakan berasal dari ODGJ, sakit menua, diabetes militus, hipertensi, stroke, kolesterol tinggi, asam urat, asma, anemia, kanker paru-paru, dan kanker payudara.
Menurut catatan Feny, data terakhir terdapat 134 pasien lansia di Kalurahan Panggungharjo yang pernah ia tangani. Saat ini ada 57 pasien yang masih hidup dan ada 77 pasien yang sudah meninggal dunia. Dari 57 pasien yang ia tangani, 10 pasien diantaranya terdiri dari lansia terlantar dan difabel terlantar, dengan perincian sebagai berikut:
Pertama, Padukuhan Garon terdapat 1 (satu) orang lansia terlantar tidak memiliki kartu PKH. Kedua, Padukuhan Glondong terdapat 1 (satu) orang lansia terlantar memiliki kartu PKH. Ketiga, Padukuhan Dongkelan terdapat 4 (empat) orang, 3 (tiga) orang lansia telantar tidak memiliki kartu PKH dan 1 (satu) orang remaja penyandang disabilitas tidak memiliki kartu PKH. Keempat, Padukuhan Glugo terdapat 1 (satu) orang lansia terlantar tidak memiliki kartu PKH. Kelima, Padukuhan Krapyak Weatan terdapat 3 (tiga) orang lansia terlantar memiliki kartu PKH.
Dari 77 pasien lansia yang meninggal dunia, 13 pasien diantaranya adalah memiliki riwayat medis tergolong sakit parah, dengan perincian sebagai berikut:
Pertama, Padukuhan Garon terdapat 1 (satu) orang pasien ODGJ dan masih hidup. Kedua, Padukuhan Ngireng-ireng terdapat 2 (dua) orang pasien lansia, 1 (satu) orang pasien lansia meninggal dunia. Ketiga, Padukuhan Geneng terdapat 3 (tiga) orang pasien lansia. Keempat, Padukuhan Kweni terdapat 1 (satu) orang pasien lansia meninggal dunia. Kelima, Padukuhan Pelemsewu terdapat 1 (satu) orang pasien lansia meninggal dunia. Keenam, Padukuhan Dongkelan terdapat 2 (dua) orang pasien lansia, 1 (satu) orang pasien lansia meninggal dunia. Ketujuh, Padukuhan Glugo terdapat 2 (satu) orang pasien lansia, 1 (satu) orang meninggal dunia setelah sebelumnya mengidap penyakit tumor. Kedelapanan, Padukuhan Jaranan terdapat 2 (dua) orang pasien lansia.
Upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bantul bekerja sama dengan Pemerintah Kalurahan Panggungharjo sejak tahun 2019 – 2023 yaitu Program Boga Sehat bagi Lansia. Program Boga Sehat bagi Lansia Panggungharjo memberikan 10 paket makanan sehat setiap hari, dengan sistem pembagiannya diatur oleh Perawat Desa Panggungharjo. Program Pemerintah Kalurahan Panggungharjo melalui Program BLT DD dapat dimanfaatkan sebagian lansia Panggungharjo. Untuk tahun 2024, menurut informasi dari Feny, akan melanjutkan program bantuan bagi lansia terlantar di Wilayah Kabupaten Bantul termasuk wilayah Kalurahan Panggungharjo.
Adapun tugas rutin Feny Winarti, selaku perawat desa adalah sebagai berikut: Pertama, terhadap lansia yang sehat, visit homecare sebulan sekali dengan melakukan cek kesehatan (tensi) dan senam. Selin cek tensi, senam juga dapat memberikan edukasi kepada para lansia. Kedua, terhadap lansia yang bedrest atau stroke, melakukan terapi ROM. Ketiga, terhadap lansia penderita penyakit berat, visit homecare sehari sekali. Dalam melakukan pekerjaan tersebut, ia berhak menerima honor bulanan sesuai dengan kemampuan Pemerintah Kalurahan Panggungharjo yang besaran dan sumbernya berasal dari APBKal yang diputuskan oleh Pemerintah Kalurahan Panggungharjo dan Bamuskal Panggungharjo.
Terdapat 2 kasus lansia terlantar yang sempat viral, ramai di bicarakan oleh publik, satu diantaranya adalah kasus lansia terlantar belum lama ini. Pertama, kasus lansia terlantar di Kampung Tegal Krapyak Padukuhan Glugo. Seorang lansia terlantar yang ditinggal mati oleh suaminya. Suaminya adalah seorang pensiunan TNI tetapi tidak memiliki rumah. Simbah putri ini hidup dengan mengontrak rumah di wilayah kampung Tegal Krapyak Padukuhan Glugo. Simbah putri ini mengidap penyakit diabetes militus.
Dari kabar yang sempat viral ini, Lurah Panggungharjo mengintruksikan kepada Bapel JPS untuk mensurvei kondisi simbah putri ini. Dari hasil survei tim Bapel JPS Panggungharjo, diperoleh informasi bahwa simbah putri ini dalam kondisi masih memiliki anak, sangat membutuhkan bantuan biaya untuk perawatan penyakit diabetes militus. Kemudian tindakan yang diambil oleh perawat desa adalah melakukan perawatan kepada simbah putri selama 2 bulan hingga sembuh kembali. Saat ini kondisi simbah putri sudah sembuh dan akhirnya dibawa serta dirawat oleh anaknya ke wilayah Pajangan.
Kedua, kasus lansia terlantar di Kampung Krapyak Wetan. Seorang lansia bedrest yang baru saja di tinggal oleh anaknya. Kasus lansia terlantar belum lama ini viral di media sosial. Kemudian Bapel JPS melakukan survei ke lokasi pasien. Setelah disurvei oleh tim Bapel JPS, diperoleh data-data hasil survei antara lain: ada seorang lansia memiliki 3 orang cucu, dalam kondisi sakit karena jatuh tidak dapat berjalan tetapi dapat duduk, dalam kondisi kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi dan tidak mandi selama 1 tahun. Langkah-langkah yang dilakukan oleh perawat desa adalah sebagai berikut:
Bekerja sama dengan Puskesmas Sewon 2 untuk menjadwalkan dokter untuk visit homecare, tetapi masih menunggu jadwal dokter dari Puskesmas Sewon 2. Perawat desa bekerja sama relawan FPRB telah memandikan pasien lansia terlantar dan membersihkan tempat tidur dan sekitar rumah di mana pasien lansia terlantar tersebut berdomisli, sekaligus mengedukasi 3 orang cucunya untuk memandikan simbah dan menjaga kebersihan rumah. Mengusulkan fasilitasi Walker ke PMI melalui Mba Aisyah. Tugas lainnya adalah penjadwalan secara bergantian untuk mengunjungi simbah dengan dibantu oleh relawan FPRB Panggungharjo dan kader Kesehatan setempat sebagai tindak lanjut hasil diskusi dengan Bu Syamsih dari Puskesmas Sewon 2.
Di akhir penuturannya, ia menyebutkan bahwa persepsi warga desa yang disurvei kebanyakan mereka tahunya akan mendapat bantuan apa? Dan masih banyak warga desa yang kurang peduli secara kemanusiaan kepada warga lansia terlantar, penyandang disabilitas, dan ODGJ di lingkungan masing-masing terbukti bahwa fakta di lapangan Bapel JPS banyak memperoleh informasi terkait lansia terlantar, penyandang disablitas dan ODGJ dari beberapa mahasiswa yang sedang melakukan program KKN di wilayah Kalurahan Panggungharjo.

Referensi:
Wawancara langsung dengan Feni Windarti,S.Kep., warga Cabeyan RT 03 selaku perawat lansia Kalurahan Panggungharjo

Tentang Junaedi

Penulis esai. Penulis Buku Cuitan Wong Ndeso. Bekerja sebagai staf PSID, yang membawahi PCL.

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X