Kebencanaan

Banjir di Desaku Tercinta

Oleh

pada

Banjir di desaku tercinta, Panggungharjo Sewon Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta, kini mulai melanda. Mengapa di desaku yang kucinta, di desaku yang kupuja, mulai tidak bersahabat lagi dengan kita? Buktinya hari Senin yang lalu (1/5/2023), baru diguyur hujan sebentar saja di beberapa titik wilayah Kalurahan Panggungharjo, seperti Padukuhan Dongkelan, Glugo, Krapyak Kulon, dan Krapyak Wetan air masuk ke rumah-rumah warga. Sebagaimana yang termuat dalam laman detik.com https://www.detik.com/jateng/jogja/d-6698636/hujan-deras-50-rumah-di-dongkelan-bantul-tergenang-banjir bahwa ada 50 rumah warga Dongkelan RT 08 tergenang banjir.

Menurut informasi dari salah seorang warga Janganan, Padukuhan Glugo di Kampus Politeknik ATK Yogyakarta utara ringroad selatan, luapan air hujan menggenangi hingga mencapai sepusar orang dewasa dan di utara Kampus Politeknik ATK Yogyakarta, tepatnya di pemukiman warga juga mengalami nasib yang sama.  Di selatan ringroad tepatnya di gedung The Ratan air hujan juga menerobos masuk melalui sela-sela bawah pintu hingga membasahi lantai The Ratan. Menurut informasi dari salah seorang warga Krapyak Kulon, bahwa di perbatasan wilayah Padukuhan Krapyak Kulon dan Krapyak Wetan air meluap hingga jalan utama padukuhan.

Belum lagi, di sepanjang Jalan Parangtritis mulai dari selatan perempatan Druwo, air hujan meluap hingga badan jalan utama Jalan Parangtritis. Untuk wilayah Panggungungharjo yaitu di Padukuhan Pandes, sudah seringkali menjadi langganan banjir akibat hujan turun, seperti yang pernah di muat di web ini juga https://www.panggungharjo.desa.id/hujan-dua-jam-jalan-parangtritis-banjir/ yang terjadi pada tahun 2019.

Menurut informasi beberapa tokoh yang pernah saya temui mangatakan bahwa penyebab utama sering terjadinya banjir adalah sejak pembangunan ringroad selatan. Tetapi ada juga tokoh masyarakat yang mengatakan bahwa masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan ke sungai. Karena wilayah Bantul dilewati oleh beberapa sungai besar, bisa jadi sampah kiriman dari Kabupaten Sleman, Kotamadya Yogyakarta yang terbawa oleh arus sungai, sehingga berakibat sampai menumpuk di wilayah Panggungharjo dan mengakibatkan terhambatnya aliran sungai tersebut.  Sementara curah hujan yang tinggi mengakibatkan air sungai yang overload meluap ke rumah-rumah warga. Adapun wilayah Panggungharjo yang terlewati aliran Sungai Winongo yaitu Padukuhan Dongkelan, Kweni, Jaranan, dan Geneng.

Dari hasil pantauan saya, bahwa pembangunan yang dilakukan oleh beberapa warga masyarakat Yogyakarta maupun pihak-pihak lain yang mendirikan bangunan di wilayah-wilayah padat penduduk seperti Padukuhan Glugo, Krapyak Kulon, Krapyak wetan, dan Dongkelan kurang memperhatikan instalasi resapan air, sehingga ketika turun hujan dengan frekuensi tinggi maka air hujan tidak dapat mangalir dengan lancar, sehingga mengakibatkan air meluap dan berakibat masuk ke rumah-rumah warga yang elevasi lebih rendah.

Di samping itu, ada beberapa jalur air hujan yang berupa saluran air tersier atau parit-parit yang mengalami pendangkalan yang diakibatkan oleh endapan lumpur atau pasir. Dan hal tersebut kurang mendapat perhatian apalagi  kaitannya dengan normalisasi fungsi saluran air tersier atau parit-parit. Di tambah lagi persoalan sampah kiriman yang dibuang ke sungai oleh beberapa warga kota yang tidak peduli terhadap lingkungan.

Kemudian terkait pendirian bangunan baru, bisa jadi kurang memperhatikan terkait aturan tata ruang wilayah masing-masing. Bisa jadi selama ini, aturan tata ruang wilayah ini kurang mendapat perhatian khusus dari pihak-pihak terkait pemangku kebijakan. Atau bisa jadi monitoring dan evaluasinya sambil lalu hanya sekedar menggugurkan kewajiban saja. Tanpa pemikiran jauh ke depan, untuk memberikan edukasi bagi generasi penerusnya. Hal tersebut memang bukan pekerjaan yang mudah untuk dilakukan. Hal tersebut butuh kerja sama antar pemangku kepentingan dan pihak-pihak terkait agar hal tersebut tidak berlarut-larut dan menjadi langganan banjir.  Apakah warga Kalurahan Panggungharjo akan bernasib yang sama dengan warga Ibu Kota Jakarta? Wallahu a’lam (JND).

Tentang Junaedi

Penulis esai. Penulis Buku Cuitan Wong Ndeso. Bekerja sebagai staf PSID, yang membawahi PCL.

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X