BAMUSKAL

Bamuskal (BPD) Panggungharjo : Peduli Pengelolaan Sampah Mandiri

pada

Panggungharjo (Media Panggungharjo), Bamuskal (BPD) telah berhasil menyusun Perdes Inisiatif No. 07/2016 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga.
Menindaklanjuti dan mengawal pelaksanaan Perdes inisiatif tersebut, tidak hanya sebatas dengan sosialisasi di Balai Kalurahan atau mensepakati fasilitasi anggaran melalui Apbdes untuk pengembangan dan pengelolaan Bank Sampah, tetapi Bamuskal (BPD) Panggungharjo terjun langsung ke masyarakat untuk memberikan edukasi kepada warga, hal tersebut menjadi implementasi Perdes Panggungharjo No.07/2016 agar bisa terlaksana dengan dukungan bersama seluruh warga desa Panggungharjo.

Salah satu kegiatan dari Bamuskal (BPD) Panggungharjo adalah melakukan edukasi pengolahan sampah organik rumah tangga dengan menggunakan Komposter Ember Tumpuk dan Losida.

Ada banyak cara yang dapat kita lakukan untuk memanfaatkan sampah organik di rumah tangga. Salah satunya adalah dengan membuat komposter sederhana dari sisa makanan bernama “Losida” alias Lodong Sisa Dapur, dan Komposter Ember Tumpuk.

Losida adalah singkatan dari Lodong Sisa Dapur atau pipa sisa dapur. Pipa menjadi wadah menampung sampah organik yang berada di setiap rumah. Nantinya, sampah tersebut diolah menjadi menjadi pupuk dan sebagainya.
Losida adalah cara termudah yang bisa dilakukan oleh warga untuk mengurangi sampah dari sumbernya. Sederhananya cukup menanam sebuah pipa di tanah, dan sampah organik otomatis akan menjadi kompos.

Apa bedanya Losida dengan Biopori?
LRB (Lubang Resapan Biopori) selain untuk sampah organik, berfungsi sebagai resapan air. Dan kalo sudah penuh LRB nya bisa langsung jadi media tanam. Sedangkan Losida, lebih kepada komposter sampah organik dan bisa juga jadi media tanam.

Setiap rumah tangga dapat membuat minimal 2 buah Losida disetiap rumah. Satu penuhi dulu, ketika penuh. Maka yg satu diisi lagi. Jika sudah penuh dibiarkan dahulu sekitar 2-3 bulan. Sampah yang sudah membusuk tersebut akan menjadi kompos, dan komposnya siap dipanen. Cabut pipanya kemudian bisa dikeluarkan komposnya.

Inovasi sederhana ini diharapkan bisa menjadi alternatif pengelolaan sampah mandiri, berbasis dari sumbernya di rumah tangga.
Intinya apapun metode melakukan pemanfataan sampah. Dari pelatihan tersebut bertujuan untuk memberika kemandirian dalam mengelola sampah mulai dari sumbernya.

Sampah organik tersebut akan berperan menjadi kompos yang meggemburkan tanah dan tanaman serta pepohonan di sekitarnya.
Pipa tersebut ditanam dengan kedalaman 30 cm ke dalam tanah. Bagian yang ditanam ke tanah tersebut sebelumnya harus diberi sejumlah lubang terlebih dahulu sebagai jalan keluar masuk cacing.

Metode lain adalah Komposter Ember Tumpuk, sesuai dengan namanya merupakan komposter yang dibuat dengan dua buah ember yang ditumpuk. Komposter jenis ini, pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Nasih Widya Yuwono Dosen Fakultas Pertanian UGM
Ember tumpuk, dibuat untuk mengolah sampah dapur dengan larva Hi (Hermetia illucens) skala rumah tangga.

Komponen:
(1) Ember bawah: pasang kran di samping bawah, tutup ambil tepinya saja untuk penyangga ember atas. Fungsi penampung lindi.
(2) Ember atas: buat lubang-lubang kecil di bagian bawah untuk pengatusan, buat lubang kecil (4) di samping atas di bawah tutup. Fungsi penampung sampah.

Cara kerja:
1. Masukkan buah (busuk) secara berkala, dalam suasana panas dan lembab, mikrobia cepat berkembang, aroma senyawa volatil yang dihasilkan akan mengundang lalat Hi datang bertelur.
2. Tunggu sampai larva Hi terlihat banyak dan aktif bekerja, baru dapat ditambah sampah yang mudah busuk lainnya (sayuran, sisa dapur, dll).
3. Lindi dibiarkan saja dalam ember bawah, setelah 2 bulan baru diteruskan dengan proses pematangan menjadi pupuk organik cair (POC). Caranya masukkan lindi ke dalam botol bening, separoh saja, tutup dikendorkan, jemur diterik matahari sampai warna hitam coklat dan aroma lembut di hidung.
4. Larva Hi dan kompos, dapat dipanen secara berkala.

Semua pembuatan instalasi pengolah sampah organik ini (Losida dan Ember Tumpuk) dikerjakan sendiri langsung (bukan beli ke pegiat pengelola sampah) oleh anggota Bamuskal (BPD) Panggungharjo, untuk membuktikan bahwa kami (Bamuskal Panggungharjo) benar-benar memahami dan menguasai teknologi ini. (JML)

Dilaporkan oleh : Agus Subagya
Bamuskal Panggungharjo
Keterwakilan Wilayah Padukuhan Glugo

Tentang Eka Birawan

kadang kesendirian lebih berharga, ketimbang kebersamaan yang tidak independent

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X