Disabilitas

Alokasikan APBDes Hingga Ratusan Juta Rupiah, Desa Panggungharjo Percontohan Pemberdayaan Difabel

pada

Panggungharjo (Merapi) – Sebagian Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) Desa Panggungharjo, Sewon dialokasikan untuk pemberdayaan warga difabel. Besaran alokasi untuk warga difabel baik yang ketergantungan maupun non-ketergantungan sekitar Rp 200 juta dari total APBDes yang mencapai Rp 5 miliar. Alokasi dana ini membuat desa tersebut berprestasi nasional sehingga ditetapkan sebagai pilot project Desa Kreatif melalui Rehabilitasi Sosial Berbasis Masyarakat (RSBM) dalam kerangka hibah (grants asistance) oleh Kementerian Sosial RI.

Kepala Desa Panggungharjo, Wahyudi Anggoro Hadi menyebut total alokasi dana yang mencapai Rp 200 juta itu  dibagi menjadi dua, yakni bagi difabel ketergantungan dan non-ketergantungan. Difabel ketergantungan sama sekali tidak bisa berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Warga yang tergolong difabel ketergantungan statusnya ditanggung negara akan diberikan Rp 300 ribu/bulan. Pemdes Panggungharjo memberikan hal berbeda kepada warga difabel non-ketergantungan. Warga tersebut tidak mendapat jatah tunai seperti difabel ketergantungan, akan tetapi diberikan pendampingan dan pelatihan usaha. “Harapanya tetap mereka bisa memenuhi kebutuhan hidup sendiri, sehingga yang masih bisa bekerja sedikit-sedikit kita dorong dengan pelatihan-pelatihan,” terangnya, Senin (17/7).

Wahyudi mengakui anggaran pemberdayaan sosial sebesar Rp 200-an juta memang masih sangat kecil persentasenya dibandingkan dengan total APBDes yang dikelola. Namun begitu setidaknya dana tersebut dimanfaatkan oleh 40 penyandang disabilitas di wilayahnya. Menurutnya pasca terjadinya bencana gempa bumi di Bantul pada tahun 2006, jumlah kaum difabel meningkat secara drastis, terutama penyandang tuna daksa.  Sehingga atas program ini, Desa Panggungharjo dipilih oleh Kementerian Sosial dan KODDI dari Korea untuk menjadi pilot project Desa Kreatif melalui RSBM dalam kerangka hibah (grants asistance).

Kepala Dinas Sosial PPPA Bantul, Edi Susanto mengatakan pemilihan Desa Panggungharjo ini melalui banyak pertimbangan untuk menetapkannya sebagai pilot project. Beberapa bahan pertimbangannya antara lain, adanya inovasi dari masyarakat yang tergabung dalam Difcom (Difable and Friend Community), komitmen dari Pemdes Panggungharjo yang dilihat dari kelengkapan data warga difabel disusun dengan rinci.

Edi juga mengharap desa-desa lain bisa melakukan program pengalokasian APBDes seperti Desa Panggungharjo. Bukan tidak mungkin apabila desa-desa di Sewon melakukan hal yang sama, Kecamatan Sewon mampu menjadi kecamatan inklusif pertama di Kabupaten Bantul. “Semoga berimbas ke desa sekitar. Kami  siap memberlakukan program inklusi ini,” ungkapnya.

Sementara, Dirjen Rehabilitasi Sosial Kemensos RI, Marjuki mengatakan program ini akan memberikan pelatihan vokasional seperti membatik, tata boga dan mengukir bagi kaum difabel. Tujuannya agar para difabel mendapatkan pendampingan intensif sehingga makin percaya diri dan dapat mandiri. “Jadi tidak sekedar pendampingan asal-asalan,” tegasnya. (C1)

Sumber: Artikel Tahun 2017 koranmerapi.com

Tentang Fajar Budi Aji

Hanya seorang yang beranjak tua dan terus mencoba untuk lebih dewasa tanpa menghilangkan rasa kekanak-kanakannya. "Urip Iku Urup" dan "Rasah Wedi Dirasani Karena Hidup Banyak Rasa" Dua motto andalan inilah yang dijadikan pegangan dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X