Kongres Kebudayaan Desa

Kongres Kebudayaan Desa: Merumuskan New Normal Dari Desa

pada

Panggungharjo (Media Panggungharjo) – Covid-19 atau Wabah Corona tak hanya membuat semua orang terancam jiwa. Tetapi juga merubah tata kehidupan dan relasi sosial semua orang, termasuk kehidupan warga desa di seluruh Indonesia. Desa ‘dipaksa’ berubah menuju tatanan baru alias New Normal. Masalahnya, tatanan seperti apakah yang harus terjadi pada kehidupan desa yang disebut New Normal ?

Steering Committee Kongres Kebudayaan Desa (KKD) Ryan Sugiarto menyatakan, perubahan yang saat ini terjadi pada seluruh aspek kehidupan sosial masyarakat akibat Pandemi Covid 19 jelas butuh respon yang sistematis dan terstruktur sehingga kita menjadi tidak latah memaknai istilah New Normal. “ Inilah urgensi dari Kongres Kebudayaan Desa yakni mendorong dan menyusun tatanan arah Indonesia Baru dari Desa”.

Digelar 1 – 10 Juli 2020, Kongres ini akan membedah 20 tema mewakili berbagai tema kehidupan yang saat ini mengalami perubaha akibat Wabah Corona. Tema-tema itu akan dibedah dalam bentuk Webinar atau Seminar Online dengan mengundang 90 narasumber dari berbagai ruang aktivitas seperti akadeisi, birokrat, tokoh muda, pegiat desa, seniman dan sebagainya.

Para narasumber akan membedah berbagai tema dengan berbasis pada riset yang telah digelar Panitia KKD. Riset berupa penyebaran Kuesioer Online menyasar 10 ribu responden dari berbagai lapisan masyarakat, wilayah dan latar belakang. Kuesioner berisi berbagai gambaran situasi sekaligus harapan dari segenap warga bangsa Indonesia terkait dengan Wabah Corona.

Jawaban dari Kuesioner ini akan pula menjadi sumber gagasan yang akan digunakan sebagai materi diskusi yang akhirnya akan menjadi bahan bagi penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes).

Bukan hanya melalui Webinar dan Kuesioner saja, KKD juga menjaring gagasan tatanan Indonesia baru melalui Call for Paper yakni ruang gagasan bagi semua orang yang tertarik menuangkan pikiran dan gagasannya mengenai tatanan Indonesia Baru. Seluruh materi yang dibahas dalam acara ini akan dibukukan sesuai dengan tematik yang dibahas.

“ Satu hari akan ada dua sesi Webinar, akan ada 90 narasumber, mereka adalah pakar-pakar dari berbagai wacana. Setelah Webinar bakal ada Festival Kebudayaan Desa-desa Nusantara yang akan kami gelar dengan cara yang unik sebagai bentuk perayaan dan keceriaan Kongres Kebudayaan Desa,” kata Ryan. Lalu apa Gong acara ini?

“ Gong Acara adalah Deklarasi Tatanan Indonesia Bari dari Desa pada 15 Agustus di Istana Negara oleh Presiden Republik Indonesia,” ujar Ryan. Itu dari sisi acara, sedangkan output yang lain adalah

  1. Tersusunnya Dokumen RPJMDes yang bisa digunakan sebagain acuan untuk seluruh desa di seluruh Nusantara.
  2. Laporan Hasil Riset pada Juni-Juli.
  3. Menerbitkan 20-22 judul buku dari 20 tema yang dibahas KKD
  4. Menerbitkan buku Strategi Pemajuan Desa-desa di seluruh Nusantara.

Sementara itu Kepala Desa Panggungharjo Wahyudi Anggoro Hadi menyatakan, realitas yang terjadi akibat Wabah Corona adalah terjadinya banyak perubahan dalam struktur kehidupan masyarakat. “ Wabah ini mendekonstruksi semua gagasan tanpa teriakan revolusi,” ujarnya.

Salahsatunya, ada kesan tatanan yang selama ini didominasi struktur yang ada, kini muncul berbagai tatanan alternatif,” katanya lagi.

Pada saat yang sama, Desa membuktikan diri sebagai kekuatan yang paling mampu bertahan di tengah gempuran krisis yang menghantam semua lini. Desa, ditopang posisi strategisnya yakni kekuatan Hardware alias Sumber Daya Manusia, bentang alam dan sebagainya, juga kekuatan Software berupa budaya dan tata nilai kehidupan sosial, terbukti mampu bertahan. “ Desa dengan kekuatan budayanya terbukti tangguh bertahan di tengah gempuran Corona,” ujarnya.

Tapi itu hanya sebagian, sebab Corona juga mengakibatkan perubahan juga pada dunia pendidikan. Diliburkannya sekolah juga membuktikan bahwa institusi pendidikan formal tidaklah penting lagi, semua dikembalikan pada keluarga.

Di wilayah ekonomi, situasi krisis ini menunjukkan bahwa puncak relasi ekonomi adalah kerjasama. Wabah Corona juga meruntuhkan berbagai keuatan yang selama ini Hegemonik, sekarang ini pula distribusi informasi menjadi merata dan cepat.

“ Jika ini diangkat menjadi visi bersama yang melahirkan tatanan bersama, akan menjadi sesuatu yang kontekstual. Gotong-royong terbukti menjadi pranata sosial yang mampu mengatur relasi antarmanusia, manusia dengan alam dan manusia dengan Penciptanya,” kata Wahyudi.

Maka seluruh materi yang dibahas dan didiskusikan dalam hajatan ini diharapkan akan menjadi keluaran yang akan mendapatkan legitimasi politik dan sosial untuk mendorong berbagai perubahan ke arah tatanan Indonesia Baru.

Targetnya, berbagai gagasan yang berangkat dari Desa, masyarakat adat dan para narasumber dari berbagai ruang pemikiran akan ditetapkan menjadi visi bersama, membalik pola-pola perencanaan yang sudah dari dulu didominasi oleh elit-elit pemerintahan di Jakarta. Jadi, beberapa output yang juga kami targetkan adalah:

  1. Visi Misi tentang Indonesia sehingga lebih implementatif dan menjadi panduan penyusunan kebijakan desa
  2. Menjadi Milestone atau tahapan-tahapan yang bisa terbaca dengan jelas oleh pemerintah desa dalam menyusun perencanaan pembangunan desanya.

AB Widyanta, salahsatu narasumber menyatakan, Wabah Corona bisa juga dimaknai sebagai momentum bagi berseminya kembali berbagai formulasi baru untuk Indonesia.” Ini adalah momen untuk menyemai kembali benih-benih baru sehingga kita bisa membentuk tata peradaban baru Indonesia dan menjawab seperi apa sebenarnya ke-Indonesiaan kita,” katanya.

Sementara itu FX Rudi menyatakan, isu Kongres Kebudayaan Desa ternyata menciptakan perdebatan yang menarik. Kongres ini akan memperjelas makna kebudayaan Indonesia. Kongres juga akan memberi arah bagi perubahan yang sekarang ini sedang terjadi menuju arah yang lebih jelas.  “ Dari berbagai pertemuan, saya banyak mendapatkan pertanyaan, kenapa ya kok yang menggelar Kongres malah Desa dan bukan kota? Ternyata Desa lebih memiliki orientasi yang jelas dalam mengelola perubahan. (ZID)

 

Konferensi Pers Kongres Kebudayaan Desa
Di Kampoeng Mataraman,  Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta
Kamis, 25 Juni 2020.

Narasumber:
1. Ryan Sugiyarto, Steering Committee
2. Wahyudi Anggoro Hadi, Kepala Desa Panggungharjo
3. AB Winata, Peneliti UGM
4. FX Rudi Gunawan, Budayawan dan Penulis

Tentang Muhammad Zidny Kafa

Selama ini aku tidak mengalah, tapi terkalahkan oleh kepentingan "Sesaat". Civil Disobedience

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X