Sambung Rasa

Diskusi Kebangsaan XIII: Berpalinglah ke Desa

pada

Glugo (Perwara.com) – Paguyuban Wartawan Sepuh (PWS) Yogyakarta dalam Diskusi Kebangsaan edisi ke-13, Senin, 26 Maret 2018 yang lalu mulai masuk tahapan implementasi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat. Berbeda dengan diskusi-diskusi sebelumnya yang membahas tataran kebijakan dalam berbagai bidang. Maka diskusi kebangsaan ke-13 mengangkat tema: “Pengamalan Pancasila Dalam Menyejahterakan Desa”.

Desa merupakan struktur pemerintahan yang paling bawah, selama ini boleh dikatakan kurang mendapat perhatian. Kalau diperhalus lagi belum semua desa di Nusantara Indonesia ini memperoleh perlakuan yang sama dan memadai. Pada kenyataannya kondisi desa yang ada di pulau Jawa misalnya, jauh berbeda dengan desa-desa yang ada di Sumatera, Kalimantan, Papua dan seterusnya. Hal inilah yang menjadi obyek untuk didiskusikan menyangkut bagaimana Pancasila sebagai ideologi negara dapat dilaksanakan sebaik-baiknya. Pancasila sebagai “working ideology “. Seperti yg disampaikan Drs. HM Idham Samawi anggota DPR/MPR RI.

Ada contoh yang bisa dijadikan semacam “role model” dalam pengelolaan desa yang berhasil mengimplementasikan prinsip ideologi Pancasila. Yaitu Desa Panggungharjo, Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Menurut Eko Pambudi selaku Direktur BUMDes Panggung Lestari, BUMDes yang didirikan pada 2013 itu mendasarkan usahanya pada sistem koperasi. Usaha bersama dengan prinsip musyawarah ini diwujudkan dalam bentuk tempat wisata desa diberi nama Kampung Mataraman, yang menyediakan kuliner ala desa, tempat rekreasi persawahan, dan lain-lain. Usaha sampingannya adalah pengelolaan sampah, limbah rumah tangga berupa minyak goreng bekas, agro pertanian, dan swalayan desa.

Para pekerja dari semua unit usaha ini berasal dari warga desa setempat. Jadi warga masyarakat diberdayakan. Sehingga mereka mendapat pendapatan sampingan dari bekerja pada usaha desa. Cara pengelolaan usaha desa ini transparan. Dari modal usaha Rp 37 juta, kini berkembang menjadi Rp 2,1 miliar.

Menurut pakar ekonomi kerakyatan Universitas Gadjah Mada, Dr. Revrisond Baswir, usaha yang dilakukan di Kampoeng Mataraman itu tujuannya adalah untuk menyejahterakan warga Desa Panggungharjo. Melibatkan sebanyak mungkin warga desa. Ini sesuai dengan prinsip berkoperasi yang tidak semata-mata mengejar keuntungan. Berbeda dengan kebanyakan koperasi yang salah kaprah selama ini yang hanya berpikir mengejar keuntungan. Kalau ini yang terjadi sudah menyimpang dari hakekat koperasi.

Membangun perekonomian Indonesia sudah saatnya dimulai dari desa. Berpalinglah ke desa. Karena potensi ekonomi itu sejatinya ada di desa. Doronglah desa-desa di Nusantara ini supaya segera bangkit. Didiklah warga desa supaya tidak semakin jauh tertinggal.

Nah, kalau pemerintah saat ini menggelontorkan dana untuk desa yang jumlahnya tidak sedikit, manfaatkanlah dana desa tersebut sebesar-besarnya untuk membangun perekonomian desa. Awasi penggunaan dana desa ini jangan sampai diselewengkan termasuk jangan sampai dikorupsi.

Bila desa-desa mulai sejahtera, maka Insya Allah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagaimana tercantum dalam sila ke-5 Pancasila akan tercapai. (OKA KUSUMAYUDHA) 

Sumber: Artikel Tahun 2018 www.perwara.com

 

Tentang Fajar Budi Aji

Hanya seorang yang beranjak tua dan terus mencoba untuk lebih dewasa tanpa menghilangkan rasa kekanak-kanakannya. "Urip Iku Urup" dan "Rasah Wedi Dirasani Karena Hidup Banyak Rasa" Dua motto andalan inilah yang dijadikan pegangan dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X