Kesehatan

Menghadirkan Negara, Merawat Nyala Kemanusiaan

pada

Pak Radino, demikian beliau dikenal oleh masyarakat Padukuhan Sawit, mungkin sekitar setahun yang lalu, sosok lansia yang tidak lagi punya sanak saudara sejak kematian istrinya, kembali di Padukuhan Sawit, dimana dulu dia pernah tinggal dan mengabdi kepada alm pak Dukuh sepuh. Tidak banyak cerita yang diketahui oleh masyarakat terkait dengan masa lalunya di Padukuhan Sawit. Yang jelas sejak sekembalinya ke Padukuhan Sawit, beliau tidak lagi punya saudara dekat. Beruntung ada salah satu saudara jauh yang kemudian memberikan tumpangan untuk tinggal dan membantu kebutuhan sehari hari.

Setiap kali sholat Jum’at, Aku sering berpapasan dengan beliau. Dan pada satu kesempatan Pak Radino menyampaikan membutuhkan pekerjaan. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya Pak Radino diterima sebagai tenaga lepas harian di KUPAS, unit usaha pengelolaan sampah BUMDes Panggungharjo, sebagai tenaga kebun yang bertugas untuk mengurus sepetak kebun dan kebersihan lingkungan disekitar instalasi pengolahan sampah. Untuk pekerjaan tersebut, beliau memperoleh upah yang setidaknya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan dan beberapa kebutuhan harian lainnya, sejak saat itu pak radino punya sumber penghidupan.

Waktu Dhuha belum usai, tetiba dapat kabar bahwa Pak Radino dalam kondisi setengah sadar tergeletak di gardu ronda, menurut beberapa masyarakat, bakdal sholat subuh, kondisi Pak Radino sudah kelihatan tidak baik baik saja. Segera setelah dapat kabar, Ambulance pinjaman dari Gus Durian Peduli diperintahkan untuk meluncur kelokasi. Dengan dibantu oleh warga dan kader, Pak Radino dibawa ke RSUD Panembahan Senopati, segera kasie pelayanan dan manajer operasional KUPAS menyusul ke rumah sakit untuk memastikan kebutuhan administrasi, benar saja, ternyata Pak Radino yang masih ber KTP Wonogiri, hanya memiliki kartu BPJS Mandiri yang sudah inaktif oleh karena sudah beberapa bulan, iuranya tidak terbayar. Bersamaan dengan itu, Kepala Unit KUPAS membagi karyawan KUPAS yang menghuni mess untuk dijadwalkan sebagai petugas jaga yang akan menemani Pak Radino selama dirumah sakit.  Menjelang Dhuhur, Pak Radino sudah dalam perawatan dengan status pasien dengan jaminan. Setelah sebelumnya, Pemerintah Desa melalui Bapel JPS Desa melunasi semua tunggakan iuran BPJS.

Jama’ah sholat tarawih baru saja meninggalkan masjid, saat Kepala Unit KUPAS mengabarkan, bahwa Pak Radino, meninggal dunia. Sesaat Aku terdiam dan tertunduk.., tak terasa sudut mataku mulai basah. Beragam rasa campur aduk berkecamuk didada, Gusti Allah.., takdir Mu telah menghendaki beliau ‘sowan’ saat ini, setidaknya kami telah berupaya untuk menghantarkan beliau dengan kondisi terhormat dan sebaik baiknya. Aku memohon ampunan atas segala kekurangan kami, jikalau kami masih abai dalam menjalankan mandat negara untuk mencukupkan hak-hak dasar warga kami. Ampuni kami bila kami belum sepenuhnya bisa menjalankan apa yang Kanjeng Sunan Drajat ajarkan “Berilah tongkat pada orang yang buta, Berilah makan pada orang yang lapar, Berilah pakaian pada orang yang telanjang dan Berilah payung pada orang yang kehujanan”

Sugeng tindhak Pak Radino, malam ini dirimu akan kembali dalam rengkuhan Rahman dan Rahimnya Gusti. Malam ini juga, rumahmu sebagai tempat persemayaman terakhir,  telah disiapkan dan sampai 3 malam kedepan, warga Padukuhan Sawit akan mengiringi langkahmu dengan tahlilan meskipun mereka semua tahu dirimu bukanlah penduduk Padukuhan Sawit. Oleh karena itu, wahai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Rabb-Mu dengan hati yang puas lagi di-ridhai-Nya.

Kisah diatas, perlu kami tuliskan, bukan untuk menunjukan kebaikan seseorang ataupun sekelompok masyarakat. Kisah ini harus dibaca sebagai bagian dari kewajiban negara kepada setiap nyawa yang hidup dalam wilayah dimana dia diberikan mandat  untuk mengurus dan mengatur kepentingan warga negara melalui sistem birokrasi yang mencukupkan pemenuhan hak-hak dasar warganya. Kisah ini harus dibaca sebagai bagian dari bekerjanya sistem sosial yang melahirkan ruang hidup yang layak, patut dan bermartabat bagi semua warga bangsa. Kisah ini seharusnya dibaca sebagai hadirnya negara yang tidak hanya sekedar hadir dalam fungsi administratif, kisah ini seharusnya dibaca dalam konteks bagaimana sistem sosial dibangun dan dijaga untuk merawat nyala kemanusiaan guna memberikan penghormatan yang sebaik-baiknya atas setiap nyawa yang bersemayam dalam raga, apapun latar belakangnya. Wallahu’alam bi shawab

Wahyudi Anggoro Hadi

Tentang Kevinda Bramantya

Mas-Mas biasa yang lagi berjuang mencari pelabuhan terahkir.

Baca Juga

1 Komentar

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X