Krapyak Kulon (Jurnalis Facebook) – Desa Panggungharjo merupakan lumbung padi Mataram di masa lalu, maka kehidupan rakyat dengan corak petani sangat kental. Nuansa agraria yang penuh gotong royong dan kehangatan ini juga mempengaruhi jenis permainan anak-anak Jawa pada masa itu hingga kini. Namun sayang, permainan tradisional yang sarat nilai moral, spiritual, dan sosial itu hari ini terkikis oleh modernitas dan individualitas.
Pernah kutulis dalam esai ‘Missing Link’ bahwa event-event pelestarian permainan tradisional yang digelar insidental dan artifisial di panggung-panggung hiburan tidak terlalu penting. Yang paling dibutuhkan adalah penularan oleh generasi kita kepada adik-adik (atau anak-anak) dalam keseharian di pekarangan rumah. Namun boleh jadi pendapatku itu keliru.
Pagelaran memacam ini ternyata begitu berenergi untuk membangkitkan kenangan masyarakat tua, dan memantik antusiasme bocah-bocah belia terhadap warisan budayanya. Sekaligus menjadi momen berpadunya berbagai elemen masyarakat; mulai budayawan hingga aristokrat.
Pentas seni malam ini digelar di pelataran Kandang Menjangan, Panggung Krapyak, Desa Panggungharjo yang pada tahun 2014 menjadi Desa Juara Nasional. Menampilkan berbagai kreasi seni kolaborasi anak-anak se-Panggungharjo. Terutama adalah presentasi musikal-teatrikal permainan dan tetembangan tradisional sekaligus maknanya, seperti Cublak-cublak Suweng, Gundul-gundul Pacul, Jamuran, Jaranan, dan sebagainya. Salut buat penyelenggara, tata panggung, musik, make-up, pencahayaan, sutradara, dan seluruh tim kreatifnya. Keren! (Penulis: Zia Ul Haq|Foto: Zainal Muhidin)