Data kasus Covid-19 menjadi peran penting dalam merumuskan kebijakan penanganan pandemic Covid-19. Tak hanya pada level nasional, tetapi juga pada tingkat wilayah desa pun urgen umtuk melakukan pendataan tersebut guna merumuskan langkah yang tepat guna penanganan pandemi Covid-19 ini. Terkadang pula, kita menemukan data dari nasional, kabupaten, kecamatan, hingga tingkat desa yang berbeda-beda jumlah kasusnya. Ini tergantung dari metode yang digunakan dan darimana sumbernya.
Pekerjaan mendata kasus Covid-19 merupakan pekerjaan dibalik layar yang dilakukan oleh Pengelola Sistem Informasi Desa (PSID) Panggungharjo di Tim Teknologi Informasi (TI) dan Data. Sejak bulan Februari 2021, saya yang semula menjabat sebagai manager media PSID Kalurahan Panggungharjo, dialihkan untuk mengurusi urusan data di Kalurahan Panggungharjo. Ya, secara jabatan beralih menjadi manager IT & Data PSID Panggungharjo.
Pada awal pendataan tersebut memang terasa tanpa ada hambatan yang berarti, karena hanya ada tiga sampai delapan kasus per hari. Itu pun kami lakukan dengan mendata kasus melalui alamat domisili. Bukan melalui alamat administratif. Ini merupakan hasil kesepakatan dari rapat koordinasi petugas data Covid-19 di wilayah Kapanewon Sewon. Kami data sesuai fakta yang ada di lapangan.
Saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro, beban tugas yang ada menjadi cukup meningkat, semula hanya mendata angka kasus By Name By Address (BNBA), kemudian bertambah menjadi pendataan kasus Covid-19 zonasi rukun tetangga (RT) dalam kurun waktu tujuh hari.
Ternyata, data zonasi RT ini cukup rumit. Kerumitan itu berasal dari data yang tidak lengkap sehingga mengharuskan petugas data untuk memverifikasi kembali terkait alamat domisili pasien.
Hal itu belum menjadi masalah di awal PPKM Mikro karena angka kasus baru hanya di bawah sepuluh. Namun, ketika angka kasus Covid-19 melonjak pada Juni lalu, rupanya ini membuat kalang kabut petugas data. Pada waktu itu hanya ada satu petugas data. Tugasnya pun merangkap berbagai pekerjaan, dari mulai input data, rekap data, pelaporan data, hingga pembuatan infografis. Semua pekerjaan itu dilakukan oleh satu orang.
Angka kasus yang semula hanya di bawah sepuluh pun melonjak menjadi puluhan kasus. Cukup membuat kewalahan seorang petugas data. Bagaimana tidak, data yang dikumpulkan bukan hanya data angka saja, tetapi data yang lebih mendetail lagi , seperti nama lengkap, usia, alamat administratif, alamat domisili, dan lokasi isolasi.
Proses input data memakan waktu empat jam lebih, sedangkan sebelumnya hanya perlu lima belas menit. Itu pun pekerjaan memproduksi berbagai infografis sudah dikurangi. Pada awalnya terdapat banyak infografis yang diproduksi, seperti infografis angka kasus per pedukuhan, infografis penambahan kasus dan pasien sembuh, infografis lokasi isolasi pasien, infografis peta zonasi RT, dan infografis alur kasus di Kalurahan Panggungharjo.
Saat PPKM Darurat, infografis ini menyusut menjadi infografis angka kasus per padukuhan dan infografis penambahan kasus serta pasien sembuh. Banyak pihak menanyakan infografis zonasi RT saat itu. Mereka mempertanyakan alasan tidak dimunculkannya kembali infografis tersebut sehingga zonasi RT yang hijau, oranye, dan merah tidak lagi diketahui.
Namun, bagi kami justru infografis zonasi RT ini yang dapat menjadikan angka kasus kembali meledak. Bagaimana tidak? Jika warga mengetahui zonasi RT-nya hijau, pasti akan mengendorkan kedisiplinan protokol kesehatan. Sehingga berakibat terlena pada akhirnya.
Ada sebuah cerita. Pernah terjadi satu peristiwa ketika saya mendapati seorang wargayang tidak memakai masker dalam sebuah kerumunan. Ketika ditanya alasan tidak memakai masker, coba tebak, apa jawabannya?
“Kan di RT sini zona hijau, artinya tidak ada kasus, jadi tidak apa-apa jika tidak memakai masker. Aman kok di sini,” jawab seorang warga tersebut.
Jawaban yang terlontar, sontak membuat saya kaget. Siapa yang bisa jamin daerah itu aman? Mungkin ada Orang Tanpa Gejala (OTG) dalam kerumunan itu? Siapa tahu, kan? Belajar dari kejadian tersebut, akhirnya saya memutuskan untuk tidak lagi memproduksi infografis zonasi. Hal ini diperkuat dengan nasihat Lurah Panggungharjo sewaktu saya menanyakan kelanjutan infografis zonasi RT.
“Yen infografis zonasi RT dikeluarkan, lalu banyak terjadi kerumunan, acara yang mengundang massa, dengan berdasar pada zona hijau tersebut, lalu terjadi ledakan kasus Covid-19, siapa yang akan bertanggung jawab?” tutur Wahyudi Anggoro Hadi selaku Lurah Panggungharjo”.
Lalu bagaimana dengan pelaporan zonasi RT ke tingkat supra desa? Tetap kami laksanakan. Dalam masa PPKM Darurat yang cukup memontang-mantingkan petugas data tersebut, pada akhirnya saya mencoba merekrut relawan data dari unsur warga. Sesuai dengan nasihat seorang rekan di lembaga Yayasan Sanggar Inovasi Desa (YSID), yakni Sholahuddin Nurazmy.
Petugas data yang semula hanya ada satu orang, bertambah menjadi tujuh orang, dengan formasi yakni satu orang petugas input data, dua orang petugas memverifikasi data, dua orang petugas rekap data, satu orang petugas validasi data, dan satu orang petugas produksi infografis. Cukup meringankan tugas pada akhirnya.
Saat PPKM Darurat tersebut, sumber data yang pada awalnya hanya berasal dari puskesmas dan laporan dari dukuh maupun kepala satuan tugas (satgas) padukuhan, menjadi bertambah dengan sumber data dari bantultangguh.com. Situs tersebut adalah hasil inovasi dari Pemerintah Kalurahan Panggungharjo untuk memantau kesehatan warga desanya.
PPKM Darurat menjadi momen yang sangat mengesankan bagi saya Selagi ada kesibukan mengumpulkan serpihan-serpihan data, saya juga perlu menyempatkan diri untuk ikut serta berjaga di shelter tanggon, shelter yang diinisiasi oleh Pemerintah Kapanewon Sewon untuk empat kalurahan, yakni Kalurahan Panggungharjo, Timbulharjo, Pendowoharjo dan Bangunharjo.
Setidaknya, dalam dua hari sekali saya menyempatkan diri bermalam di shelter tanggon untuk menunjang kesibukan petugas shelter lainnya. Menggantikan jaga malam para rekan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Kalurahan Panggungharjo ketika harus melaksanakan pemakaman, menggantikan petugas medis yang sudah lelah dengan kegiatan mengunjungi pasien, dan membantu menyuplai makanan bagi para pasien di pagi harinya.
Kecil memang peran yang saya lakukan untuk shelter tanggon ini, tetapi sebuah harapan terlintas—semoga dapat meringankan tugas tim relawan shelter tanggon lainnya. Jika diingat kembali, rupanya cukup padat waktu untuk mengurusi pandemi Covid-19 yang tak kunjung berakhir ini. Hingga waktu yang diberikan untuk keluarga sangat terbatas. Apalagi saya memiliki buah hati berusia tepat dua tahun pada Juli 2021. Masa lucu-lucunya si kecil saya.
Bahkan di akhir pekan pun saya wajib meluangkan waktu untuk melakukan tugas pendataan tersebut. Terkadang di sore hari atau di malam hari. Seringkali saya juga menurun kesehatannya sehingga tugas tidak bisa dilakukan.
Namun, banyak dukungan dan banyak mendoakan saya terutama dari sesama tim petugas data lainnya semoga lekas sehat seperti sedia kala. Tidak jarang juga menerima panggilan suara via WhatsApp (WA) oleh Panewu Anom Panggungharjo—sebutan untuk sekretaris camat di Yogyakarta, hanya sekadar menanyakan perkembangan kesehatan saya.
Menjelang akhir Agustus 2021, saya merasa cukup bersyukur dengan turunnya angka kasus di wilayah Kalurahan Panggungharjo. Cukup drastis. Hanya terdapat satu hingga lima kasus per hari. Lebih sering hanya satu kasus per hari.
Kini, saya mulai disibukkan kembali dengan urusan data calon penerima vaksin. Vaksinasi yang mulai digencarkan cukup disambut secara antusias oleh warga Kalurahan Panggungharjo. Setiap harinya ada saja yang menanyakan informasi vaksin di empat grup WA yang dikelola oleh PSID Panggungharjo.
Semoga ikhtiar ini menghasilkan suatu manfaat bagi masyarakat dan negara. Terutama dalam mewujudkan herd immunity, khususnya di wilayah Kalurahan Panggungharjo, dan pandemi Covid-19 ini segera berakhir.
Tulisan ini milik Fajar Budiaji, salah satu pengelola sistem informasi desa (PSID) Kalurahan Panggungharjo.
Tulisan ini juga dipublish di media Jogjadaily.com dan bisa dibaca melalui link sebagai berikut : https://jogjadaily.com/2021/09/di-balik-layar-penanganan-pandemi/