Kebencanaan

Relawan Covid- 19 juga Manusia yang Butuh Perhatian Khusus dari Orang Tercintanya

Oleh

pada

Saya seorang perempuan. Menjadi warga Padukuhan Jaranan RT 04 Kalurahan Panggungharjo. Oleh kedua orang tua, saya diberi nama Feti Pramida Sari. Sebagai perempuan Desa, saya juga ikut dalam keanggotaan Karang Taruna Cahyaning Amerta (KTCA) Kalurahan Panggungharjo. Setelah lulus dari SMK Kesehatan Bantul, saya melanjutkan studi di Stikes Guna Bangsa Yogyakarta.

Pada saat lonjakan pandemi Covid-19 di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta semakin meningkat tajam, akhirnya Pemerintah Kalurahan Panggungharjo membuka pendaftaran untuk menempati posisi sebagai relawan shelter tanggon Kapanewon Sewon. Dan bersamaan dengan hal tersebut, jiwa dan raga saya pun terpanggil untuk mengabdi kepada bangsa dan negara, dengan bergabung menjadi relawan pada tanggal 25 Juli 2021. Masuk menjadi anggota tim medis shelter tanggon dibawah komando Kamituwo dan Dukuh Jaranan.

Sekilas tugas pokok tim medis shelter adalah sebagai berikut: monitoring pasien dengan memeriksa tanda-tanda vital pasien, memberikan pelayanan prima terhadap pasien (pelayanan medis dan pemenuhan kebutuhan pokok pasien (makan, minum, obat-obatan, vitamin, perlengkapan mandi, perlengkapan tidur), dan kebutuhan psikis pasien.

Ada beberapa pengalaman nyata selama saya menangani pasien shelter tanggon Kapanewon Sewon. Pertama, terkadang ada pasien yang gelisah, tiba-tiba datang ke pos penjagaan sekitar pukul 23.00 WIB, sambil menceritakan kondisinya yang tidak bisa tidur nyenyak.  Alasan klasiknya dalah kangen keluarganya di rumah. Kemudian meminta kepada saya untuk  menelponkan  keluarganya di rumah melalui video call. Setelah beberapa menit berkomunikasi melalui video call raut wajahnya terasa gembira.  Selanjutnya tidak langsung kembali ke kamarnya malah duduk-duduk di pos penjagaan sampai pukul 01.00 WIB dini hari. Kemudian saya menyuruhnya masuk ke kamar karena hari sudah malam dan harus istirahat supaya tubuhnya tambah sehat.

Kemudian ketika saya sedang berdua dengan Kevin, pasien tersebut datang lagi, katanya ingin di pos penjagaan terus. Setelah saya perhatikan sepertinya pasien tersebut baru saja mengalami depresi (mentalnya sedikit terganggu makanya butuh penyemangat).  Pasien tersebut tidak tidur sama sekali dan hanya duduk-duduk di pos penjagaan saja, akhirnya saya kasihan dan menemani pasien tersebut hanya sampai jam 05.00 WIB karena saya harus bergantian shift dan harus pulang ke rumah untuk istirahat.

Cerita selanjutnya adalah dari pasien lansia yang bernama Mbah Imam. Sejak saya bergabung menjadi relawan Shelter Mbah Imam sudah menjadi penghuni shelter tanggon Kapanewon Sewon. Kondisinya yang renta membuatnya setiap melakukan aktivitas harus didampingi oleh tim medis. Mulai dari menyuapi ketika mau makan dan minum. Mendampingi  ketika mau pipis dan setiap mengganti pempersnya.

Mbah Imam juga merasakan kondisi kegelisahan yang hampir sama dirasakan oleh pasien lainnya. Sambil sesekali minta ditelponkan keluarganya. Padahal menurut informasi bahwa selama ini Mbah Imam hidup sebatang kara di rusunawa berlokasi di Padukuhan Glugo, Kalurahan Panggungharjo.  Kami semua tim shelter tanggon  tidak ada yang mengetahui keberadaan keluarga Mbah Imam apalagi samapi mengetahui nomor telepon keluarganya.

Hingga suatu hari, ada yang mengaku seorang cucunya mendatangi kami di shelter tanggon. Cucunya tersebut intinya  datang mau memberi sejumlah uang tertentu kepada tim shelter, dengan permintaan yang intinya meminta untuk  merawat simbahnya dengan sebaik-baiknya. Tetapi kami semua menolak pemberian uang tersebut dengan alasan bahwa semua kebutuhan Mbah Imam sudah dicukupi oleh pihak pemerintah.

Tetapi akhirnya, cucunya memaksa memberikan uang sebesar Rp 200.000 yang menurut cucunya buat membeli kebutuhan perlengkapan yang tidak ada di shelter tanggon. Dari pengalaman Mbah Imam, intinya adalah bahwa semua pasien yang dirawat di shelter membutuhkan perhatian khusus.

Pengalaman unik yang saya rasakan selama menjadi relawan shelter tanggon adalah ketika panggilan dari hotline shelter tanggon, Dukuh Jaranan dan Lurah Panggungharjo terkait menindaklanjuti laporan dari warga Piringan Pendowoharjo. Ambulance meluncur pukul 1730 WIB, saya dan Ari FPRB yang berangkat ke sana. Pasien mengalami penurunan kesadaran dan pihak keluarga minta dirujuk ke rumah sakit jejaring Covid-19. Ketika itu kondisi pasien semakin menurun, dan kami tidak bisa merujuk ke rumah sakit jejaring Covid-19 karena tidak ada surat dari dokter yang resmi. Selanjutnya langkah yang kami lakukan adalah mengedukasi pihak keluarga pasien agar mau membawa pasien  langsung ke IGD RS PKU Muhammadiyah Bantul.  Tetapi isteri pasien mengalami histeris yang hebat seraya mengatakan bahwa suaminya tidak ada harapan lagi dan kami petugas medis diancam sejenis debat. Tetapi kami tetap membawa pasien ke IGD RS PKU Muhammadiyah Bantul dan kami putuskan untuk pulang. Dan saya tidak tahu menahu  lagi kelanjutan cerita pasien tersebut.

Ada pengalaman cerita mistis yang saya alami. Jarum jam menunjukkan pukul 01.00 WIB. Ketika ada permohonan home vist melalui hotline shelter tanggon. Saya sontak mengambil pakaian APD sebagai respon cepat saya. Tiba-tiba dibelakang saya seperti ada bayangan, dalam benak saya sempat berpikir kalau orang tidak mungkin karena saya sedang sendirian tidak ada seorang yang menemani. Ternyata memang benar adanya bahwa saya sedang ditemani  makhluk tidak kasat mata. Benar saja ketika saya mau memakai pakian APD bulu kuduk saya  berdiri semua, akhirnya saya lari ke pos jaga karena saking takutnya dan saking merindingnya, dan saya lanjutkan memakai pakaian APD di pos jaga, walaupun sebenarnya tidak diperbolehkan memakai APD di pos penjagaan tetapi harus diruang ganti APD. Tetapi pikir saya ini kondisi darurat ketakutan.

Sebagai relawan perempuan, yang dikaruniai dengan rasa suka kepada lain jenis kelamin. Demikian pula yang terjadi dengan kehidupan asmara saya. Selama di shelter tanggon Kapanewon  Sewon sempat terjadi cinlok (cinta lokasi). Kata orang sih cinta segi enam. Banyak amat (sambil tersenyum malu).

Cerita serunya demikian. Selama saya menjadi relawan shelter tanggon Kapanewon Sewon. Menurut penilaian subjektivitas saya, bahwa semua relawan orangnya baik-baik dan menyenangkan. Ada yang menaruh perhatian khusus kepada saya. Maklumlah sebagai anak muda. Witing tresna jalaran saka kulina. Kebiasaan jaga bareng. Kebiasan ngobrol bareng. Kebiasaan makan dan minum bareng. Kebiasaan cerita tentang hewan peliharaan yang sama. Hingga akhirnya, sejak bergabung menjadi relawan ada empat laki-laki, sebut saja A, B, C, dan D, yang secara terus terang menyatakan perasaan cintanya kepada saya. Tetapi saya menolaknya dengan halus  perasaan  A dengan alasan menjaga perasaan B. Menolak dengan halus perasaan B dengan alasan menjaga perasaan C. Menolak dengan halus perasaan C dengan alasan menjaga perasaan D.  Menolak dengan  halus perasaan D dengan alasan menjaga perasaan A.

Tetapi sesungguhnya kalau boleh jujur saya juga menaruh hati kepada seorang lelaki yang kebetulan sesama relawan shelter tanggon Kapanewon Sewon juga,  sebut saja lelaki tersebut E. Tetapi diluar dugaan saya ternyata E menolak dengan halus perasaan cinta saya kepadanya malah menyuruh saya untuk jadian dengan seorang  temannya, diantara A-D tadi. Seraya berkata kepada saya: “saya bukan orang baik, lebih baik kamu sama teman saya saja”. Endingnya adalah sampaii saat ini saya masih menjomblo. Pernyataan ini, juga untuk mengklarifikasi informasi liar yang beredar di bumi Panggungharjo, yang mengatakan bahwa saya sudah  jadian sama seseorang, salah satu diantara A-E.

Satu lagi pesan saya untuk semua warga masyarakat: “tetap jaga kesehatan, taati protokol kesehatan, jangan panik dengan pandemi Covid-19 dan selalu bersyukur”. Sekali lagi salam sehat. Relawan Covid-19 juga manusia yang butuh perhatian  khusus dari  orang tercintanya (JNT).

Referensi :

Feti Pramida Sari (Anggota Karang Taruna Cahyaning Amerta (KTCA) Kalurahan Panggungharjo).

Tentang Junaedi

Penulis esai. Penulis Buku Cuitan Wong Ndeso. Bekerja sebagai staf PSID, yang membawahi PCL.

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X