Buku

Nostalgia Kejayaan Buku

pada

Oleh : Jamilludin (Perpus Desa Panggungharjo)

Fenomena di tengah masyarakat saat ini menunjukkan semakin rendahnya minat membaca bahkan menumbuhkan hobi membeli buku yang jarang dilihat. Terbukti pasar buku yang ada sudah mengalami kelesuan, jumlah buku di toko yang tidak laku semakin menumpuk.

Sebenarnya pada akhir tahun 90-an trend membaca dan membeli buku sangat menggeliat, saat ada obrola buku di sebuah toko pasti akan di sesaki oleh para pencari buku. Di Yogyakarta misalnya setiap jelang bulan ramadan bertempat di Jogja Expo Center (JEC) selalu digelar acara bazaar buku. Mulai buku novel, puisi, panduan ibadah, trik mendapatkan beasiswa bahkan sampai buku yang menyajikan bisa sukses dan kaya tanpa modal.

Artinya, membaca buku menjadi sebuah trend dan kebutuhan ditengah masyarakat. Secara otomatis jumlah penulis dan penerbit di Yogakarta menjamur dan memproduksi buku-buku yang semakin berkualitas, baik dari sisi tulisan maupun kualitas kertas dan desain bukunya.

Buku juga menjadi kenang-kenangan saat reuni, didalamnya ditampilkan narasi dan dokumentasi untuk mengenang masa lalu. Seakan mengajak untuk memutar ulang kembali waktu yang sudah terlewati yang barangkali banyak dilupakan. Juga tidak sedikit menguras air mata karena dari buku itu telah membuka kenangan indah dan menyedihkan.

Buku juga jadi souvenir untuk tamu undangan saat pernikahan, di tahun 90-an seseorang yang akan melangsungkan pernikahan ingin memberikan kesan yang menarik mendorong untuk menerbitkan buku. Yang isinya sebenarnya tidak terlalu akademik, karena didalamnya biasanya hanya bercerita tentang pengalaman sepanjang hidup dalam mencari pasangan hidup yang akhirnya berlabuh pada dengan orang yang di sayangi.

Trend menerbitkan buku juga dilirik oleh para politisi dalam menceritakan profilnya yang akan maju dalam kontestasi pemilihan umum. Bagi yang sedang berkuasa buku pun jadi alternatif dalam menggiring masyarakat agar tetap mengakui keberhasilan kepemimpinannya, sehingga dapat maju dan terpilih pada periode berikutnya.

Oleh karenanya bisa dikatakan era tahun 90-an merupakan kejayaan buku di masa itu. Pada akhirnya berdampak pada budaya literasi di masyarakat untuk terbiasa membaca. Budaya literasi tersebut juga di dorong oleh para tenaga pendidik di sekolah ataupun di kampus yang mewajibkan setiap pelajar/mahasiswa membeli dan me-review satu buku dan lebih dari satu buku untuk mendapatkan nilai. Sisi positifnya meskipun dipaksa untuk membaca dan merangkum buku akhirnya memberikan dampak bertambahnya wawasan serta ilmu yang didapatkan.

Pemandangan lain di setiap cakruk atau pos ronda juga terdapat bahan bacaan mulai dari koran tempel, majalah, buletin dan news letter yang dibagikan secara gratis. Ada yang cukup menarik yaitu setiap moment pelaksanaan salat Jum’at hampir disetiap pojok masjid terdapat buletin jum’at, yang berisi tentang wawasan agama dan praktik ibadah. Hal itu menggenjot sektor percetakan tumbuh dan menggeliat sampai “berperang” harga mulai harga minimalis sampai harga yang paling mahal setiap produksi cetaknya karena kualitas kertas dan tinta yang ditampilkan terjamin.

Hal demikian nampaknya saat ini mulai dan bahkan sudah jarang ditemukan ditengah masyarakata tidak hanya di pedesaan tetapi juga di masyakat perkotaan yang kini berubah drastis untuk menjaga dan melestarikan budaya baca. Tentu muncul pertanyaan apakah penyebab yang menimbulkan lemahnya industri percetakan kembali menggeliat, dan kenapa berdampak pada menurunnya jumlah buku yang terbit serta kenapa banyak penerbit yang terpaksa gulung tikar. Tentu perlu di jawab dengan melakukan analisis yang dalam. Juga penting mencari upaya untuk kembali menumbuhkan kejayaan buku yang berdampak pada meingkatnya budaya literasi di tengah masyarakat.

Kampanye Literasi yang Massif
Salahsatu upaya menanggulangi masalah lemahnya kebiasaan masyarakat membaca yaitu dengan mengoptimalkan kampanye membaca. Bentuknya yaitu mendorong kembali lahirnya pojok baca di masyarakat. Semisal adanya Taman Bacaan Masyarakat (TBM), TBM bisa menjadi sarana publik yang memberikan layanan buku-buku yang selalu update dan menarik di baca. TBM menyediakan buku yang bisa disasar oleh kelompok usia anak, remaja hingga dewasa.

Mendorong terwujudnya kampanye literasi juga dibutuhkan regulasi atau kebijakan dari pemangku kebijakan dalam hal ini adalah pemerintah sebagai institusi yang memiliki kebijakan program dan anggaran. Dengan dukungan yang maksimal upaya menumbuhkan kembali semangat membaca dan berkembangnya literasi menjadi hal yang tidak mustahil mudah di capai.

Penulis aktif di Perpustakaan Desa Panggungharjo, alamat Krapyak Kulon RT. 01 Panggungharjo Sewon Bantul DIY nomor Hp. 085868464260

Tentang Eka Birawan

kadang kesendirian lebih berharga, ketimbang kebersamaan yang tidak independent

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X