Hari Jadi Desa

SABDA TAMA; Tata Nilai Kehidupan Masyarakat Desa Panggungharjo

pada

SABDA TAMA; Tata Nilai Kehidupan Masyarakat Desa Panggungharjo
Oleh : Wahyudi Anggoro Hadi (Lurah Panggungharjo)

Desa adalah ibu bumi, tempat dimana kebudayaan dijadikan sebagai basis nilai yang mengatur relasi antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam maupun manusia dengan penciptanya.

Relasi manusia dengan manusia, kebudayaan membungkusnya dalam unggah ungguh – tata karma. Etika yang kemudian diekspresikan oleh kebudayaan dalam wujud bahasa ibu, dimana makna kata dan kalimat disimpan dalam aksara.

Relasi manusia dengan alam, kebudayaan membungkusnya dalam budaya karangkitri sebagai bentuk penghormatan atas tanah, air dan udara yang telah membangun jasad dengan ragam aneka bahan pangan yang tersimpan dalam tanaman dan tumbuhan yang ada dipekarangan, sehingga pekarangan menjadi basis kedaulatan pangan dimana karbohidrat tersimpan dalam umbi umbian, mineral tersimpan dalam sayuran, vitamin tersimpan dalam buah buahan, protein tersimpan dalam kacang kacangan dan hewan piaraan, serta bahan pengobatan tersimpan dalam daun, batang, akar dan rimpang. Karangkitri mensejarahkan tata kala sentuhan tangan dan kasih sayang ibu atas bahan pangan sejak di pekarangan sampai dengan kemeja makan, yang menjadikan kita tidak berjarak dengan apa yang kita makan.

Relasi manusia dengan penciptanya, kebudayaan membungkusnya dalam rahim, ruang dimana pertalian antara wujud manusia dan penciptanya terjadi untuk yang kali pertama. Rahim ibu dimana maskumambang bersemayam, oleh kebudayaan diwujudkan dalam simbol bangunan berbentuk yoni.

Panggungharjo, adalah salah satu penanda awal sejarah dan kebudayaan Yogyakarta, tempat dimana titik mula sumbu filosofis yang menghubungkan panggung krapyak, kraton dan tugu pal putih berada tentunya mempunyai pranatan maupun paugeran sebagai landasan nilai kehidupan termasuk dalam penyelenggaraan pemerintahan dan kehidupan bermasyarakat dalam arti luas yang disebut sebagai Sabda Tama (Ajaran Keutamaan).

Sabda Tama merupakan ajaran keutamaan bagaimana tiap tiap warga menjalankan perannya dalam kehidupan masyarakat, baik sebagai seorang pemimpin, cendekia maupun warga kebanyakan. Berikut Sabda Tama, ajaran keutamaan, yang melalui Surat Keputusan Lurah Desa Panggungharjo No. 27 tahun 2016 ditetapkan sebagai Tata Nilai Kehidupan Masyarakat Desa Panggungharjo.

SABDA TAMA

(Ajaran Keutamaan)

Urip iku urup, satemah urip kudu bisa paring urup marang liyan.

Hidup itu menghidupi, sehingga hidup harus menyalakan kehidupan (manfaat) kepada sesama.

Para pangembaning praja kang jejer ing ngarsa, kudu bisa paring asung patuladhan, kanthi handaya paseban jati.

Para pemangku kewenangan yang berada di depan (menjadi pemimpin), harus bisa memberikan contoh yang baik sesuai dengan tuntunan Ilahi

Dudu laku kang durung punjul, kasusu kaselak jujul, kasesekan hawa, cupet kapepetan pamrih, tangeh nedya anggambuh mring Hyang Wisesa.

Bukan perbuatan sebagaimana orang yang belum cukup berilmu namun ingin segera dianggap pandai, terselip hawa nafsu dan berharap atas pamrih, maka mustahil menyatu dengan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Aja ketungkul marang kalungguhan, kadonyan, saha kamareman.

Jangan terobsesi oleh kedudukan, keduniawian dan kepuasan. 

Kudu netepi laku kang prasaja, sepi ing pamrih, rame ing gawe.

Harus berperilaku sederhana, tanpa berharap pamrih, bersungguh-sungguh dalam bekerja.

Para winasis kang jejer ing madyaning praja, minangka satriyaning nagari.

Para pemuka yang berada di tengah masyarakat, sebagai pahlawan negara.

Kudu bisa mbangun karsa, karsaning memayu hayuning bawana.

Harus bisa membangun asa, semangat untuk memperindah dunia yang indah.

Aja kuminter mundhak keblinger, aja cidra mundhak cilaka, aja melik barang kang melok, aja mangro mundhak kendho.

Jangan sok pintar yang berakibat keliru, jangan ingkar janji yang berakibat celaka, jangan tergiur barang yang mewah, jangan menyimpan keraguan agar tidak kehilangan asa.

Kudu netepi laku, kang tansah ajeg, mesu budi lan raga.

Harus menjalani hidup dengan senantiasa melatih jiwa dan raga.

Para kawula kang antut wuri, kudu kang handayani.

Para warga yang mengikuti (kebijakan), harus bisa memberikan manfaat

Urip kanthi rukun, aja gawe pati, lan larane liyan.

Hidup senantiasa rukun, jangan membunuh dan mencelakakan sesama.

Aja gumunan, aja getunan, aja kagetan, lan aja aleman.

Jangan mudah terpesona, jangan mudah menyesal, jangan mudah kaget, dan jangan manja.

Kudu ngudi laku utama, kanthi sentosa ing budi.

Harus senantiasa mengupayakan keutamaan, dengan budi yang luhur.

Tentrem iku sarananing urip ing donya.

Ketentraman adalah sarana hidup di dunia.

Sabar iku, ing aran mustikaning laku.

Sabar adalah kunci berperilaku baik.

Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.

Di depan memberikan contoh, di tengah tengah membangun asa, di belakang memberikan manfaat.

Alang – alang dudu aling – aling, margining kautaman.

Halangan bukanlah rintangan, melainkan jalan menuju kemuliaan.

Rawe – rawe Rantas, Malang – malang Putung.

Segala halangan dapat disingkirkan.

Golong – gilig, Nyawiji, Greget, Sengguh, Ora Mingkuh.

Gotong Royong, Bersatu, Semangat, Percaya Diri, Bertanggungjawab

Dalam rangka untuk menyebarluaskan ajaran keutamaan ini, maka pada setiap hari Selasa Kliwon bersamaan dengan Upacara Adat Lapanan, Sabda Tama akan dibacakan oleh Pemimpin Upacara. Dan untuk pertama kalinya, Sabda Tama dibacakan oleh Lurah Desa Panggungharjo, Wahyudi Anggoro Hadi, dalam Upacara Hari Jadi Panggungharjo yang ke 70 pada tanggal 24 Desember 2016.

Tentang Eka Birawan

kadang kesendirian lebih berharga, ketimbang kebersamaan yang tidak independent

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X