Potensi

Pemandian Umbul Krapyak dan Legenda Kawasan Segaran

pada

Panggungharjo Media, Selain dari legenda dan folklor tentang prosesi berburu kijang sebagaimana diuraikan tersebut di atas, masih ada satu sisi lain dari Kampung Krapyak ini yang sangat penting untuk diketahui oleh masyarakat dan membutuhkan riset dan studi yang lebih mendalam, yaitu keberadaan Pemandian Umbul Krapyak dan Kawasan Segaran.

Lokasi Pemandian Umbul Krapyak terletak di sebelah timur Panggung Krapyak sekitar 400 meter setelah kuburan krapyak, kemudian ada gang masuk keselatan sekitar 100 meter. Kondisinya saat ini sangat memprihatinkan, karena Pemandian Umbul Krapyak yang sebenarnya berukuran cukup besar ini, sekitar 30 x 12 meter, saat ini sudah tidak nampak lagi rata dengan tanah, karena pada waktu terjadi gempa bumi tahun 2006 tempat pemandian ini dipakai untuk pembuangan bongkaran rumah yang hancur akibat gempa. Disebelah timurnya, sekitar tahun 1980an masih terdapat gundukan bangunan yang telah hancur, yang diperkirakan merupakan bangunan rumah yang diperkirakan merupakan sebuah bangunan pesanggrahan yang cukup besar dan juga dikelilingi tembok bata setebal 80 cm yang berjarak sekitar 100 meter dari kompleks Pemandian Umbul Krapyak ini, namun sekitar tahun 1980an juga sudah dihancurkan untuk jalan kampung.

Didasar kolam Pemandian Umbul Krapyak ini, tepat ditengah kolam terdapat semacam Yoni kecil berukuran 50 x 50 cm dengan tinggi 70 cm sebagai tempat keluarnya mata air asli dari tanah untuk mengisi kolam Pemandian ini, dan ada semacam Lingga sebagai penutup berukuran diameter sekitar 10 cm dan panjang 40 cm, yang oleh masyarakat sekitar dikenal sebagai “gandhik”. Ukiran pada Yoni, menurut cerita adalah berbentuk sulur-sulur dan daunan seperti bentuk ukiran bergaya Majapahit. Apabila dilakukan penggalian di kolam Pemandian Umbul Krapyak ini, mungkin masih dapat diketemukan Yoni dan Lingga ini, sehingga dapat dipelajari lebih lanjut.
Di sebelah utara Pemandian Umbul Krapyak saat ini masih terdapat peninggalan sumur tua, yang dimungkinkan masih satu kawasan dengan kompleks Pemandian Umbul Krapyak tersebut. Sumur Krapyak sudah tidak berfungsi lagi sebagai sumur. Kondisinya sudah demikian rusak. Lantai di seputar dinding sumur telah banyak yang pecah dan tidak berbentuk lagi. Bibir atau dinding sumur juga banyak yang pecah. Tiang sebagai sangkutan roda dan tambang untuk menimba air juga tidak ada. Kedalaman asli dari sumur juga tidak kelihatan lagi karena sumur ini telah ditimbun tanah. Kedalam yang dapat dilihat dari sumur ini hanya berukuran sekitar 80 Cm, pada tahun 1980an masih bisa dilihat kedalaman sumur yang tidak pernah kering ini sekitar 8 meter, airnya bening dan segar, biasa ditimba dengan seutas tampar yang dijulurkan kebawah. Diameter dari sumur ini berukuran 115 Cm. Sedang ketebalan bibir sumur adalah 30 Cm. Dinding sumur terbuat dari susunan batu bata dengan perekat berupa campuran beberapa bahan material seperti pasir, gamping, dan batu bata merah yang telah dihaluskan. Demikian pun plester dari sumur ini juga merupakan campuran pasir, batu bata yang dihaluskan, dan gamping. Pada tahun 1975-1980an, Pemandian Umbul Krapyak ini masih sering dipakai untuk mandi anak-anak dan bahkan orang dewasa juga dan sumur tua tersebut biasa juga bisa diminum airnya yang segar langsung dari timba.

Adapun Kawasan Segaran adalah sebuah legenda tentang sebuah danau air asin yang berada disebelah selatan Pemandian Umbul Krapyak. Letak persisnya sekarang di lapangan Krapyak, yang dibangun pada tahun 1988. Sebelum dipakai untuk lapangan sepak bola, daerah ini adalah kawasan persawahan yang subur dan airnya berlimpah, banyak terdapat ikan, karena airnya yang bening mengalir diantara lapisan tanah berpasir. Legenda Kawasan Segaran ini menyebutkan bahwa danau air asin ini berhubungan dengan laut selatan jawa, karena di danau ini pernah diketemukan ikan jenis “gereh pethek” , yaitu sejenis ikan laut atau ikan payau yang bentuknya pipih melebar, panjang badanya sekitar 5 cm, ikan yang mempunyai nama latin “Leiognathus Equulus” ini untuk mengkonsumsinya biasa dikeringkan dan diasinkan, cocok untuk tambahan makan gudangan atau pecel dengan digoreng garing sehingga mirip kerupuk ikan.
Menurut penuturan masyarakat sekitar, kondisi danau air asin dengan luas sekitar 3 hektar ini semakin lama semakin melebar, sehingga dikhawatirkan dapat menenggelamkan daerah krapyak dan sekitarnya, maka oleh pihak Kerajaan Mataram (tidak diperoleh informasi di masa pemerintahan siapa) sumber mata air danau air asin atau yang dikenal dengan segaran ini ditutup dengan “Gong Siyem” yaitu sejenis gong yang berdiameter 1 meter terbuat dari logam paduan baja hitam dan perunggu, setelah terlebih dahulu diselenggarakan upacara “tayuban” atau “nanggap ledhek” .

Bukti keberadaan danau air asin ini, sekarang bisa disaksikan di Umbul Sorowajan yang berada di sebelah selatan kampung Krapyak. Mata air yang tidak pernah kering atau surut meskipun di musim kemarau ini, mengeluarkan buih-buih berwarna kuning kehijauan yang merupakan indikasi adanya gas metan, yakni gas dari lapisan batubara muda yang secara geologis merupakan bukti keberadaan tanah rawa-rawa di masa lampau. (AGS/JML)

Tentang Eka Birawan

kadang kesendirian lebih berharga, ketimbang kebersamaan yang tidak independent

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X