Potensi

UMKM Kuat Bangsa Berdaulat

pada

Minggu pagi ini, saya mencoba ngobrol santai dengan salah satu pelaku usaha UMKM, yang kebetulan masih tetangga satu RT. Bermula dari obrolan tanya jawab ,”ada berapa karyawan yang masih bekerja di masa pandemi Covid? Apakah ada pengurangan karyawan sebagai dampak selama adanya pandemi Covid – 19?

Kemudian di jawab oleh tetangga saya, “Alhamdulillah walupun kami terdampak oleh Covid tetapi karyawan kami masih tetap yang di rumah ada  orang dan karyawan lepas, yang mengambil garapan kemudian dikerjakan di rumah karyawan masing – masing ada sekitar 15 orangan, Pak”.

Dari obrolan santai tersebut, yang tadinya untuk mengisi waktu luang, eh ternyata semakin menarik dan semakin ke mana – mana. Sebagaiamana kita tahu bahwa Coronavirus Disease – 19 telah meluluhlantahkan semua lini kehidupan, termasuk mengancam bidang ekonomi.

Demikian pula yang dialami oleh TM Craft,(Kerajinan Jogja) salah brand UMKM yang bergerak dalam handycraft yang berbahan baku utama kain vinil yang dikemas menjadi beberapa macam produk, seperti tempat tisu, tempat jam tangan, tempat perhiasan, tempat make up, tempat toples set, tempat sampah mobil dan lain – lain, juga mengalami dampak pandemi Covid – 19.

Salah satu, yang paling dirasakan oleh TM Craft adalah penurunan omset perjualan  per bulan sejak adanya  pandemic Covid – 19, dari semula sebelum adanya pandemi Covid – 19 sekitar 30 jutaan bahkan lebih , saat ini paling mentok di angka 13 – 15 juta saja. Terkait keutungan per bulan, saya ga berani tanya karena itu sudah menyangkut ranah dapur pribadi TM Craft.

Untungnya TM Craft, selalu aktif mengikuti beberapa komunitas UMKM baik di tingkat Desa maupun tingkat Kabupaten. Adapun organisasi komunitas yang diikuti oleh TM Craft adalah UP2K PKK Desa Panggungharjo, P4SB Gabusan, IWAPI Bantul, ASOBAC dan Guyub Rukun. Sehingga dapat mengakses informasi terkini terkait dunia UMKM, yang tujuannya adalah pemasaran produk TM Craft.

Model pemasaran yang TM Craft termasuk lumayan kekinian dengan memanfaatkan platform media sosial, seperti Facebook dan Instagram. Dukungan Pemerintah dalam mendukung promosi penjualan tidak seperti ketika sebelum pandemi Covid – 19. Waktu itu sering ada pameran produk yang diadakan oleh Dinas ynag membidangi UMKM, tetapi akhir – akhir ini jarang ada pameran. Saat banyak pelatihan – pelatihan dari dinas terkait, tetapi dikarenakan masa pandemic anggota UMKM semakin banyak, maka dari pihak dinas menjadwalkan secara bergantian.

Manfaat adanya pameran yang diadakan oleh dinas terkait dan jejaring komunitas yang diikuti , disamping ikut promosi produk secara gratis juga ada prospek mendapat konsumen baru, serta dapat menambah paseduluran antar UMKM.

Di masa pandemi Covid – 19, strategi pemasaran lebih efektif melalui media sosial, Dari media IG yang dimiliki TM Craft, juga sering mengalami closing product yang berjung pada pemesanan.

Tetapi menerik tetangga saya yang juga owner TM Craft, ada startegi yang lebih penting ditengah pandemi yaitu menjaga hubungan baik dan selalu menjaga kualitas produk agar ada repeat order  terus dari pembeli.

Bagaiamana pun juga, sebagai bagian dari pelaku usaha UMKM yang tidak menggantungkan nasib dari belas kasihan pemerintah terus, maka prinsip saya,”pokoknya usaha harus jalan terus, dalam masa PPKM darurat kek, PPKM  level 3 atau level 4 kek, no problem.

Bagaimana pun ekonomi keluarga, harus berjalan karena ada beberapa keluarga yang menggantung nasib dari bisnis olahan vinil ini. Yang jelas ada keluarga kecil saya, keluarga 4 karyawan tetap saya , dan 14 keluarga karyawan lepas yang bekerja dari rumah mereka masing –masing.

Demikian obrolan saya dengan tetangga saya yang juga sebagai owner TM Craft dari pagi hingga siang ini, melalui chatting Whatsapp. Semoga menginspirasi semua pelaku UMKM di seluruh negeri di Indoensia. Untuk mengakhiri tulisan saya ini,  ijinkan saya kutipkan kata – kata yang sering dikobarkan pelaku UMKM yang dapat memotivasi  semua pelaku UMKM di seluruh pelosok negeri Indonesia. UMKM Kuat, Bangsa berdaulat.

(JUNAEDI, S.E., Tim Media Yayasan Sanggar Inovasi Desa (YSID))

Tentang Eka Birawan

kadang kesendirian lebih berharga, ketimbang kebersamaan yang tidak independent

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X