Hari Jadi Desa

Memediasi Masyarakat Melalui Peristiwa Budaya

pada

Panggungharjo (Jurnalis Warga Panggungharjo) – Hari Jadi Desa Panggungharjo diperingati pada purnama terakhir di setiap tahun. Pada 2016 ini, Panggungharjo genap berusia tujuh dasawarsa. Angka tujuh dalam filosofi Jawa memiliki arti yang istimewa sekaligus disakralkan. Beragam hitungan kerap berporos pada angka tujuh ini. Langit ketujuh, keturunan ketujuh, tajamnya tujuh lapis, dan lain sebagainya, adalah sedikit contoh dari istimewanya angka tujuh.

Sementara bagi Panggungharjo sendiri, angka tujuh menjadi titik tolak gerakan perubahan dari kondisi sebelumnya. Desa yang mendapatkan predikat nomor wahid versi Kementerian Dalam Negeri RI ini, bertekad tak hanya menjadi referensi bagi desa-desa di seluruh Indonesia dalam hal administrasi, melainkan juga dari sisi kebudayaan.

Dengan mengangkat tema “Manunggaling Warga”, Panggungharjo menggelar festival selama 3 hari sebagai perayaan bersama seluruh warga. Perayaan ini diharapkan menjadi momentum gerak, interaksi, sekaligus pembangunan kebudayaan di lingkup Desa Panggungharjo. Oleh sebab itu, warga dan lembaga-lembaga, baik independen maupun bentukan pemerintah, diharapkan turut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

Kegiatan akhir tahun yang dinamai Festival Budaya Panggungharjo ini, menjadi pilot project pengelola Desa Budaya Bumi Panggung untuk melakukan promosi kebudayaan di Desa Panggungharjo baik di lingkup lokal, nasional maupun internasional. Sebagai pilot project, tentu kegiatan ini tidak bisa dilakukan hanya sekali saja. Harus ada upaya yang terus-menerus dan konsisten untuk mencapai hasil yang diinginkan. Keterlibatan warga, lembaga serta seluruh elemen pemerintahan di Panggungharjo menjadi kunci keberhasilan kegiatan ini.

Pelaksanaan Hari Jadi Panggungharjo

Kegiatan Festival Budaya Panggungharjo ini dilaksanakan pada 22 – 24 Desember 2016. Akan tetapi kegiatan telah dimulai dari 27 November 2016. Salah satu kegiatan tersebut adalah pembukaan Lorong Budaya di tiga kring di Desa Panggungharjo. Kring yang dimaksud adalah Kring Utara terdiri dari Krapyak Kulon, Krapyak Wetan, Glugo, Dongkelan; Kring Tengah merupakan gabungan dari Pelemsewu, Kweni, Sawit, Glondong dan Pandes; sementara untuk Jaranan, Ngireng-ireng, Geneng, Cabean, dan Garon masuk dalam Kring Selatan.

Secara teknis, pelaksanaan kegiatan Hari Jadi Panggungharjo dibagi menjadi dua, pra festival dan festival.

  • Pra Festival

Adalah kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan menjelang event utama. Pada festival ini, masing-masing lokasi kegiatan akan membuat lorong budaya sebagai tempat interaksi dan aktivitas kebudayaan. Total ada 4 lorong budaya. Seluruh kegiatan pra festival akan dilaksanakan di lorong budaya tersebut. Kegiatan yang diadakan merupakan partisipasi masyarakat secara sukarela dalam menyambut Festival Budaya Panggungharjo. Beberapa lembaga atau kelompok yang memeriahkan kegiatan ini adalah:

  1. Indonesia Buku dengan kegiatan “Festival Literasi dan Pameran Buku”
  2. Warga pedukuhan dengan kegiatan “Pameran Foto Warga”
  3. Karang Taruna Desa Panggungharjo dengan kegiatan Festival Memedi Sawah “Dewi Sri Nagih Janji”
  4. PKK dengan kegiatan “Lomba Tumpeng Wiwitan”
  5. Kegiatan partisipasi masyarakat
  6. Serta kegiatan insidental yang berbasis pada seni dan budaya.
  • Festival
  1. Expo Desa

Lokasi                     : Balai Desa, Krapyak Wetan, Kweni dan Geneng.
Waktu                     : 22 – 24 Desember 2016
Bentuk dari kegiatan ini adalah pameran potensi dan produk desa. Segala bentuk produk di dan dari Desa Panggungharjo diberi kesempatan untuk tampil dalam acara tersebut. Dalam kegiatan ini, diharapkan pula ada pameran Panggungharjo dari tahun ke tahun beserta kekayaan budayanya. Peserta expo ini terdiri dari warga lokal, undangan khusus, dan undangan terbuka.

  1. Pentas Komunitas

Lokasi                     : Balai Desa, Krapyak Wetan, Kweni dan Geneng.
Waktu                     : 22- 24 Desember 2016
Setiap kelompok diberi kesempatan untuk tampil. Lokasi pentas tidak harus berada di dusun tempat kelompok tersebut tinggal, tetapi bisa saling bertukar tempat maupun memilih panggung yang ada, yaitu panggung pusat di balai desa dan panggung di masing-masing kring. Mengenai durasi dan waktu pementasan diatur oleh masing-masing panitia kring.

  1. Pentas Kolaborasi

Lokasi                     : Lapangan Prancak.
Waktu                     : 24 Desember 2016
Bidang Seni pertunjukan Bumi Panggung bertanggungjawab penuh untuk mengkolaborasikan seluruh aktivitas budaya di Panggungharjo dalam satu panggung. Pertunjukan ini diharapkan melibatkan 200 pemain, yang merupakan bagian dari warga Panggungharjo. Dilaksanakan sore hari, para pemain sudah berada di lokasi ketika peserta kirab datang lalu dimulai pertunjukannya.

  1. Kirab Budaya

Lokasi/Rute             : Jl.Padmo Kapuk – Pasar Niten – ISI – Lap. Prancak
Waktu                      : 24 Desember 2016

Kirab budaya diharapkan mampu melibatkan seluruh lembaga desa, sanggar dan komunitas yang ada di Desa Panggungharjo. Kirab budaya bukanlah karnaval dengan menampilkan apa saja sehingga terkesan tidak terkonsep. Tema yang diangkat harus sesuai dengan tema besar Hari Jadi Panggungharjo, yaitu “Manunggaling Warga”.

  1. Lomba-lomba

Lokasi                      : Krapyak Wetan, Kweni dan Geneng.
Waktu                      : 22- 24 Desember 2016
Panitia pusat bekerjasama dengan Karang Taruna dan Sanggar Anak Desa untuk mengadakan lomba-lomba, baik untuk anak-anak maupun remaja.

Mengundang Partisipasi Masyarakat

Kegiatan Hari Jadi Desa Panggungharjo merupakan milik bersama seluruh lapisan masyarakat di Desa Panggungharjo. Oleh sebab itu, masyarakat diharapkan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang telah disiapkan. Tidak menutup kemungkinan jika masyarakat memiliki gagasan yang lain, sehingga bisa diajukan kepada pihak panitia.

Bagi masyarakat yang berminat, bisa menghubungi panitia di Balai Desa Panggungharjo, Jl K.H. Ali Maksum, Pelemsewu, Panggungharjo. No Telp: 085 868 357 537 (Fairuz) | 089672445592 (Fajar). Atau melalui email bumipanggung@gmail.com. (VIRUZ)

Tentang Fajar Budi Aji

Hanya seorang yang beranjak tua dan terus mencoba untuk lebih dewasa tanpa menghilangkan rasa kekanak-kanakannya. "Urip Iku Urup" dan "Rasah Wedi Dirasani Karena Hidup Banyak Rasa" Dua motto andalan inilah yang dijadikan pegangan dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X