Panggungharjo (TIMES Indonesia) – Sebanyak 40 orang perangkat desa dan pengelola BUMDes Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Jawa tengah melakukan bimbingan teknis dan studi banding ke Yogyakarta. Kegiatan tersebut diselenggarakan selama dua hari yaitu 6 hingga 7 Agustus 2019. Kunjungan dilakukan di Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, DIY yang telah menjadi role model tingkat nasional untuk pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
“Kegiatan ini untuk menimba ilmu serta belajar dari keberhasilan mengelola BUMDes. Sebab, saat ini 12 desa di Kecamatan Wirosari membutuhkan peningkatan dan pengoptimalan dalam mengelola BUMDes,” kata Camat Wirosari, Muhammad Junaedi, S.Pd., kepada TIMES Indonesia di sela-sela kunjungan, Rabu (7/8/2019).
Pengurus Lembaga Kajian dan Pengembangan Otonomi Daerah Unggulan (LKPOD), Tukiran mengatakan, para perangkat desa dan pengelola BUMDes ingin belajar tentang bagaimana mengelola potensi desa dan pengembangannya. Ia berharap, kunjungan ke Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul dapat menginspirasi seperti pengelolaan sampah dan minyak jelantah menjadi produk yang menguntungkan.
“Para peserta dapat melihat secara langsung proses kegiatan pengelolaan sampah dan minyak jelantah,” kata Tukiran.
Pegawai Kementerian Dalam Negri RI, Rikie menyampaikan berbagai informasi terkait hukum dan perundang-undangan yang berlaku dalam pengelolaan BUMDes. Menurutnya, pengelola BUMDes memiliki ruang yang sangat luas dalam artian unit usaha yang dapat dilakukan dan pengelola.
“Pengelola harus mampu mengoptimalkan potensi desa yang dimiliki. Sehingga, potensi ini akan berkembang menjadi produk unggulan. Selain itu, pengelola harus mampu membangun jejaring, baik di tingkat lokal maupun di tingkat nasional. Bahkan ada produk-produk BUMDes yang sudah mendunia. Dengan begitu, maka BUMDes akan menyejahterakan masyarakat desa dan pemerintah,” terang Rikie saat mendampingi perangkat desa se-Kecamatan Wirosari, Grobogan, Jawa Tengah. (*)
Sumber: Artikel tahun 2019 www.timesindonesia.co.id