Event

Segoro Lampah

Oleh

pada

Segoro Lampah adalah akronim dari semangat gotong royong memilah sampah dari rumah. Mengapa segoro lampah menjadi penting untuk dilakukan bagi para semua aktor (stakeholder) pengelola sampah. Karena problematika sampah tidak dapat diselesaikan sendiri-sendiri, artinya perlu kolaborasi semua pihak, mulai dari Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Desa, Perguruan Tinggi, Organisasi Masa, Lembaga Pendidikan Formal dan Non-formal (Sekolah Adiwiyata, Pondok Pesantren), Pegiat Sampah Komunitas (JPSM, Bank Sampah, Sedekah Sampah, TPS3R, dan Perajin Daur Ulang).

Paradigma pengelolaan sampah yang baru tidak cukup dengan membuang sampah pada tempatnya tetapi harus dibarengi dengan memilah sampah dari sumbernya (dari rumah, pondok pesantren, sekolah, warung makan, instansi-instansi, perusahaan-perusahaan dan lain sebagainya). Khusus untuk rumah tangga umum sumber sampah berasal dari rumah-rumah warga masyarakat.

Kalurahan Panggungharjo bekerja sama dengan Jejaring Pengelola Sampah Mandiri (JPSM) Amor Kabupaten Bantul dan Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta selama dua hari mengadakan event yang bertajuk “Segoro Lampah” bertempat di Balai Budaya Karangkitri Panggungharjo empat  bulan yang lalu. Event yang dikemas dalam bentuk Talkshow Pegiat Sampah, Workshop Pemanfaatan Sampah an-organik dan Workshop tentang Magot pada hari pertama.

Hari pertama, menghadirkan beberapa pegiat sampah sebagai narasumber dari Sekolah Adiwiyata, SD Krapyak Wetan dan SMAN 2 Bantul, dari Pondok Pesantren Ali Maksum Krapyak dan Pondok Pesantren An-Nuqoyah Madura Jawa Timur, dan dari Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta dalam acara Talkshow.  Serta Workshop Pemanfaatan Sampah an-organik dari JPSM Amor Kabupaten Bantul dan Workshop tentang Magot dari Protema (salah satu perusahaan start-up).

Hari Kedua, Workshop Pengelolaan Limbah Kertas Kemasan (duplek) oleh Nurohmad (Sanggar Dongaji) dan Workshop Pengelolaan Limbah Kertas Semen oleh R. Junaedi (Kresek A), serta menghadirkan Bupati Bantul (yang diwakili Kepala Dinas Lingkungan Hidup), Rektor Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Daerah Istimewa Yogyakarta (yang diwakili Sekretaris PWNU DIY), Ketua Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama(LPMNU) DIY, Manajer Area Iconet, Manajer Program PT. Pegadaian (persero), Pimpinan Pondok Pesantren se-DIY, Pemerintah Kalurahan Panggungharjo, Bumdesa Panggunglestari, Kupas.id, Pasti Angkut dalam acara sarasehan.

Event Semangat Gotong Royong Memilah Sampah dari Rumah ini, menjadi puncak acara Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) di Kabupaten Bantul, dalam rangka mendukung program Pemerintah Kabupaten Bantul yaitu Bantul Bersih Sampah (Bersama) tahun 2025. Segoro Lampah juga dilakukan dalam rangka untuk mendukung sejak ditetapkannya Kalurahan Panggungharjo pada tahun 2023 sebagai Percontohan Kalurahan Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Kawasan. Melalui event Segoro Lampah ini, Kalurahan  Panggungharjo mencoba mengajak para stakeholder yang terlibat untuk membangun semangat kolaboratif, semangat gotong royong dalam mengatasi sampah karena urusan sampah tidak akan berhasil jika dilakukan sendiri-sendiri, harus bergotong rotong (bekerja sama). Melalui event Segoro Lampah ini, Kalurahan Panggungharjo mengajak bersama-sama kepada stakeholder yang peduli terhadap isu sampah, untuk bergotong royong menyelesaikan problematika sampah yang ada di masyarakat dengan belajar bersama  dari pengalaman (praktik baik) yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kalurahan dan warga Kalurahan  Panggungharjo sejak tahun 2013.

Dalam event Segoro Lampah tersebut juga dilakukan penanda tanganan MoU antara PWNU DIY dan Pemerintah Kalurahan Panggungharjo terkait Pesantren Emas. Emas merupakan apresisasi  setinggi-tingginya kepada  PT. Pegadaian yang akan mensupport  adanya Program Memilah Sampah Menabung Emas. Pesantren Emas juga dimaknai dengan Pesantren sebagai Ekosistem Madani Atas Sampah. Ada sekitar 54 Pondok Pesantren di bawah naungan PWNU DIY, yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Selanjutnya akan dilakukan kajian awal untuk merealisasikan Program Pesantren Emas tersebut. Menurut Wahyudi Anggoro Hadi, kajian awal mencakup 4 aspek, yaitu: aspek legal, aspek manajemen, aspek operasional, dan aspek finansial. Dari kajian 4 aspek tersebut akan menentukan bisnis proses atau bisnis model pengelolaan sampah yang bertanggung jawab dan berkelanjutan pada masing-masing pondok pesantren (JND).

Tentang Junaedi

Penulis esai. Penulis Buku Cuitan Wong Ndeso. Bekerja sebagai staf PSID, yang membawahi PCL.

Baca Juga

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

X